Forgiveness: Aku Memaafkanmu

Pernahkah dalam hidupmu kamu melakukan kesalahan? Atau pernah kah orang lain melakukan kesalahan terhadapmu? Lalu apa yang terjadi, ketika kesalahan itu kamu lakukan terhadap orang lain atau orang lain terhadapmu?

Apakah kamu pernah mengampuni kesalahan orang lain? Apakah orang lain pernah mengampuni kesalahanmu? Atau kamu menjadi pendendam dan ingin membalas kesalahan orang lain atau sebaliknya?

Disinilah letak pentingnya forgiveness atau pengampunan. Tidak dapat dipungkiri, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dalam kehidupannya, baik disengaja maupun tidak. Namun, pantaskah kita sebagai pribadi yang diciptakan Tuhan sebagai individu yang baik, melakukan pembalasan atas kesalahan orang lain.

Forgiveness atau rela memaafkan merupakan suatu sikap dalam diri individu untuk melepaskan konflik negatif yang ada dalam diri dan hal tersebut penting bagi kita untuk mempelajari dan melaksanakan agar memperoleh hidup yang lebih bahagia.

Setiap individu pasti menginginkan kehidupan yang lebih bahagia, bukan hanya dari segi materi, melainkan juga secara psikologis. Sebab psikologis yang bahagia akan berdampak pada perilaku yang ditunjukkan.

Individu yang memiliki sikap forgiveness akan memiliki hubungan yang lebih baik dengan teman sebaya. Proses untuk rela memaafkan atau forgiveness dipengaruhi oleh peristiwa masa lampau yang dialami oleh individu dalam kehidupannya. Peristiwa masa lampau, dapat positif dan negatif.

Peristiwa yang positif, tentu akan menjadikan diri individu berdamai dengan kondisi yang ada di sekitarnya. Namun, sebaliknya, peristiwa negatif, akan membekas dalam diri individu. Bahkan tidak jarang peristiwa negatif di masa lalu ini dapat menjadi trauma tersendiri bagi seseorang.

Nilai suatu peristiwa apakah negatif atau positif, bergantung pada faktor individu itu sendiri. Artinya terjadinya suatu proses komunikasi dalam diri individu berkaitan dengan sejarah atau peristiwa masa lampau yang dialami. Bagaimana proses komunikasi tersebut terjadi, sehingga muncul perasaan untuk rela memaafkan, dan pada akhirnya akan menjadikan kehidupan individu menjadi lebih baik?

Diawali dari peristiwa trauma yang diungkapkan kembali oleh individu terhadap dirinya, sehingga muncul pengakuan, tentang terjadinya peristiwa tersebut yang berdampak pada dirinya.

Selama proses pengakuan tersebut, muncul suatu kondisi dimana individu perlu untuk mengelola emosi yang ada dalam dirinya, tentu saja emosi yang negatif yang dapat berpengaruh terhadap setiap keputusan yang diambil.

Setelah individu mampu mengelola emosi secara lebih baik, maka akan memunculkan suatu pertanyaan-pertanyaan yang masuk akal, sehingga akan berdampat positif, bukan hanya dirinya, namun juga lingkungan sosialnya.

Individu yang telah berhasil membuat suatu pertanyaan yang masuk akal terhadap kondisi masa lalu yang pernah dialaminya, akan berusaha mencari sisi positif terhadap peristiwa masa lampau tersebut.

Hal tersebut sebagai wujud bahwa dirinya berusaha untuk meminta maaf terlebih dahulu terhadap peristiwa yang pernah dialami, sebab merasa bahwa dirinya mungkin pernah mengambil bagian yang menjadi dari peristiwa masa lampau yang negatif.

Kemudian, dia akan memberikan maaf terhadap peristiwa masa lampau yang negatif, baik individu yang berperan dalam kondisi tersebut maupun kondisi yang dialami.

Setelah individu mampu meminta maaf terhadap diri sendiri dan memaafkan orang lain, maka dia akan meakukan negosiasi atau pertimbangan-pertimbangan, untuk membentuk aturan baru.

Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk menciptkan suatu kondisi yang lebih baik untuk memperbaiki kekurangan dalam diri, sehingga lingkungan mau atau bersedia menerima kondisi dalam dirinya.

Selanjutnya, setelah semua proses tersebut dilalui, kemudian individu akan berusaha untuk mengelola kembali emosinya agar menjadi lebih baik dan berpikir secara rasional sehingga tercipta hubungan yang baik dengan lingkungan sosialnya.
 

REFERENSI
  1. Kozak, S.S. 2005. Forgiveness: The Path to Happiness. USA: Himalayan International Institute Press.
  2. Waldron, V.R dan Kelley, D.L. 2008. Communicating Forgiveness. UK: Sage Publications.
*Penulis: Indriyana Rachmawati