Teori Penciptaan Cerdas

Teori evolusi merupakan buah dari filsafat materialistis yang berusaha menjelaskan alam semesta melalui faktor – faktor materi. Pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup maupun tidak hidup, munculnya tidak melalui penciptaan, tetapi dari sebuah peristiwa yang secara kebetulan dan kemudian mencapai kondisi yang teratur. Filsafat materialistis yang bertentangan dengan akal manusia, memunculkan teori evolusi.

Teori evolusi yang dipertahankan pada saat ini, yaitu teori evolusi dari Charles Robert Darwin. Berawal dari keteratarikannya pada alam dan makhluk hidup, mendorong Darwin untuk bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan menggunakan kapal bernama H.M.S Beagle pada tahun 1832 dan berangkat dari Inggris. Kapal tersebut akan mengarungi berlahan dunia hingga lima tahun.

Darwin menyatakan, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, melainkan berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain, sebagai akibat dari kondisi alam.

Hipotesis Darwin bukan berdasarkan pada penemuan ilmiah, namun dari dorongan para ahli biologi materialis dan kemudian menjadikkannya sebagai teori monumental. Menurut teori Darwin, perubahan evolusi berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka waktu jutaan hingga pada miliaran tahun.

Setelah sekitar 150 tahun berlalu sejak teori evolusi pertama kali diusulkan, semenjak saat itu pula penemuan – penemuan di bidang ilmiah selalu menunjukkan bukti – bukti yang menentangnya. Semakin diteliti, semakin banyak bukti yang menunjukkan penciptaan yang sempurna dan dipahami bahwa kemunculan makhluk hidup dan variasinya akibat faktor kebetulan adalah hal yang mustahil. Setiap peneliti menunjukkan bukti baru yang memperkuat fakta penciptaan menjadi semakin jelas.

Teori Darwin tidak dapat menjelaskan bagaimana makhluk – makhluk hidup itu tetap tidak berubah selama ratusan juta tahun dan mengapa makhluk – makhluk hidup itu tetap tidak memiliki nenek moyang apapun dengan  ciri – ciri bentuk peralihan. Darwin berharap di masa depan akan muncul bentuk peralihan yang dapat membuktikan teorinya, meskipun Darwin sendiri juga menyadari akan ketiadaan dari bentuk peralihan.

Kaum evolusionis yang percaya dengan teori Darwin, kemudian melakukan perburuan fosil dan melakukan penggalian mencari mata rantai yang hilang. Namun, sekalipun mereka telah bekerja keras, tidak ada satupun bentuk transisi yang ditemukan. Selanjutnya, ketika mereka membandingkan makhluk hidup dengan fosil – fosil mereka, mereka dapat melihat tidak adanya perubahan setelah jutaan tahun.

Fakta penemuan tersebut sangat bertentangan dengan kepercayaan evolusionis, semua fosil yang ditemukan menunjukkan kehidupan yang tiba – tiba muncul di bumi dan dalam bentuk yang telah lengkap.

Dawkins, seornga ahli zoologi di Oxford, yang juga merupakan salah satu pembela evolusionis terkemuka di dunia terpaksa mengakui tentang adanya “ledakan kehidupan kambrium” adalah bukti kuat adanya penciptaan. Penciptaan merupakan satu – satunya penjelasan mengenai kemunculan bentuk – bentuk kehidupan yang sempurna secara tiba – tiba di bumi ini.

Binatang – binatang invertebrata kompleks muncul secara tiba – tiba dan sempurna tanpa memiliki kaitan atau bentuk transisi apapun dengan organisme bersel satu yang merupakan satu – satunya bentuk kehidupan di bumi sebelum mereka.

Berdasarkan penelusuran data yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukka bahwa “makhluk hidup tidak berevolusi dari bentuk primitif ke bentuk yang lebih maju, tetapu muncul secara tiba – tiba dan dalam keadaan sempurna.

Ringkasnya, makhluk hidup tidak muncul melalui evolusi, tetapi diciptakan. Teori penciptaan, menurut pandangan Al-Quran bahwa menurut surat Al-Rum (30):30, bahwa makhluk ciptaan Allah tidak mengalami perubahan atau tidak mengalami evolusi menjadi makhluk spesies yang lain.

Mekanisme kehadiran spesies – spesies di bumi  ini, juga dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Nahl (16): 13 bahwa sesungguhnya memang semua makhluk masing – masing diciptakan dengan berlain – lainnan macamnya. Berlainan tersebut disebabkan oleh adanya DNA yang berbeda, sehingga menyebabkan spesiesnya menjadi berlain – lainan.

Referensi:
Sudarmojo, A.H. 2009. Perjalanan Akbar Ras Adam. Bandung: Mizania.

*Penulis: Indriyana Rachmawati