Seorang Ibu dengan Gadis Cantik

Suatu hari, aku dan temanku pergi berlibur ke sebuah tempat. Tempat itu letaknya di Jogja. Nama tempat itu adalah Malioboro. Pasti kamu familiar kan dengan nama tempat itu. Yah, itu adalah pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Jogja. Di sana, kita bisa menemukan, baju, celana, sandal, sepatu, kalung, gelang, dompet, dan lain – lain. Bahkan, di Malioboro juga ada penjual oleh – oleh, seperti bakpia pathuk (bakpia terkenal khas kota Jogja).

Hari itu, aku berangkat ke Jogja, pagi – pagi. Sekitar pukul 06.00 WIB, aku menjemput temanku, di rumahnya. Kemudian kita bersama – sama menuju ke stasiun Purwosari. Perjalanan dari rumah temanku menuju stasiun hanya 25 menit.Sesampai di stasiun, kami membeli tiket untuk menaiki kereta api Pramex, pukul 07.20 WIB. Kami sempat menunggu di ruang tunggu untuk menanti kedatangan kereta.

Beberapa saat kemudian, petugas stasiun memberikan informasi bahwa kereta api Pramex akan segera datang. “Kereta Api Pramex tujuan Yogyakarta akan segera tiba di Stasiun Lempuyangan, bagi penumpang yang hendak menaiki kereta api Pramex silahkan mempersiapkan diri. Periksa kembali barang bawaan anda, sebelum meninggalkan tempat. Kami atas nama PT Persero Kereta Api mengucapkan terima kasih atas perhatian anda.”

Setelah mendengarkan info tersebut, kemudian aku dan temanku bersiap – siap untuk menaiki kereta api. Kami berdiri di tempat yang telah disediakan untuk menaiki kereta. Kemudian kereta datang dan berhenti di depan kami. Kami langsung menaiki kereta tersebut. Kami memilih gerbong yang khusus wanita dan kami memilih untuk berdiri. Karena di situ ada banyak ibu – ibu yang membawa anaknya dan perempuan paruh baya.

Ada yang pemandangan yang menarik perhatian kami. Dan cukup membuat kami merasa miris melihatnya. Kala itu, ada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya. Anaknya menangis ingin minum susu dari ibunya. Ibunya membutuhkan tempat duduk karena ibu tersebut tidak membawa selendang.

Karena tempat duduk penuh, sang ibu duduk di bawah. Namun, sang anak tetap menangis. Tangannya terus menunjuk pada kursi yang ada dalam kereta tersebut. Di kursi tersebut ada seorang gadis. Dia cantik, menarik, kulitnya putih, dia mengenakan pakaian yang rapi, dan dia seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi disana. Hanya gadis itu yang ada di tempat duduk, sedangkan sisanya adalah ibu – ibu ada yang membawa anak dan ada yang tidak serta perempuan paruh baya.

Ibu itu sempat berdiri di hadapan gadis cantik itu. Dia berharap agar diberikan sedikit saja tempat untuk duduk. Agar anaknya berhenti menangis dan bisa terhibur dengan pemandangan yang ada diluar jendela kereta. Namun, sayang gadis cantik itu, tiba – tiba berpura – pura tidur. Dia bahkan tidak sedikit pun menoleh pada anak yang menangis itu.

Dalam hati aku bertanya, apa yang kurang dari pendidikan yang kamu peroleh? Apakah kamu tidak sedikitpun punya empati? Kamu cantik, bahkan barang yang kamu kenakan, bukan barang yang murah. Kamu membawa iphone yang berwarna menyerupai emas.

Namun, tiba – tiba di belakang ibu itu ada seorang ibu – ibu yang baik hati yang memberikan sedikit tempat duduknya untuk si anak yang menangis tadi. Bergegas ibu dan anak itu menduduki tempat yang telah disediakan. Sang ibu langsung memberikan susu untuk anaknya. Hingga beberapa saat kemudian, anak itu berhenti menangis dan memilih melihat pemandangan yang ada diluar jendela.

Dari jauh aku lihat kedua ibu – ibu itu tertawa bersama melihat tingkah lucu bocah kecil itu. Dan dari jauh pula, aku melihat gadis yang berstatus mahasiswa itu bangun dari tidurnya. Yang aku sendiri tidak tahu, apakah itu pura – pura atau memang benar adanya.

Mulai hari itu, aku berpikir satu hal. Apa yang kurang dari pendidikan yang pernah kita peroleh? Apakah pendidikan hanya mengajarkan kita untuk menjadi pintar, tapi lupa untuk menjadikan kita sebagai pribadi yang baik – baik. Ah, aku rasa tidak. Kita hanya harus berusaha dan belajar menjadi pribadi yang peka terhadap sosial kita. Tak peduli apa yang harus kita korbankan. Selama itu mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain.

Ketika kita berkorban, kita tidak akan kehilangan apapun. Justru kita akan melihat kebahagiaan dari orang lain. Bukankah itu menjadi bayaran termahal dari sebuah pengorbanan, yaitu kebahagiaan dan senyuman yang ditunjukkan oleh orang lain

 
Ilustrasi: rumah-yogya.com/uploads/images//malioboro87.png
*Penulis: Indriyana Rachmawati