Kisah Inspiratif the Cinderella Man - Buah Manis Kesabaran dan Kerja Keras

Setiap orang tentu ingin mendapatkan kesuksesan dalam kehidupannya, pada hal apa pun itu. Begitu pula dengan James J Braddock. Ia adalah seorang petinju yang berusaha untuk mendapatkan kesuksesan di bidangnya. Sebagai seorang petinju, tentu kekuatan adalah andalan utama.

Dengan bekal kekuatan tangan kanannya yang hebat, ia menjadi penantang utama di tinju jelas berat ringan. Namanya sudah cukup dikenal dalam dunia tinju. Ia sempat menorehkan beragam prestasi dalam menaklukkan lawan -lawannya dengan tangan kanannya.

Sayangnya, perjalanan karier Braddock tidak selamanya mulus. Karier tinjunya mulai tenggelam setelah ia kalah dari Tommy Loughran. Setelah kekalahannya ini, prestasinya terus saja mengalami penurunan. Ia bahkan sukses untuk kalah sebanyak 16 kali dalam 26 pertandingan terakhir yang ia ikuti.

Deretan kekalahannya ini membuat namanya semakin tersisih sebagai petinju professional yang ditakuti. Dari yang awalnya bertanding di Madoson Square Garden dengan ribuan orang penonton, Jim Braddock harus rela tersisih di pertandingan melawan para petinju kelas dua di arena -arena malam di hadapan penonton yang hanya ratusan jumlahnya.

Masa masa kegelapan Jim Braddock

Dari petinju kenamaan yang terus tergeser karena prestasinya yang menurun, tentu saja Jim Braddock harus rela menelan pil pahit. Hampir setiap hari ia harus menerima cacian dan comoohan dari para penonton. Ulasan - ulasan buruk dari wartawan juga senantiasa menghiasi hari -harinya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dari dunia tinju.

Akan tetapi, sebetulnya cacian dan ulasan buruk yang menjadi alasan bagi Jim Braddock untuk mengundurkan diri dari dunia tinju. Ia terpaksa mundur sebagai petinju karena tulang tangan kanannya yang retak. Berkarir sebagai petinju dengan tulang kanan yang cidera memang hampir mustahil.

Tahun 1929, adalah tahun di mana Braddock resmi mengundurkan diri dunia tinju. Namun sebelum berhenti dari dunia tinju, Braddock sudah menyiapkan investasi untuk masa depannya. Ia menanamkan investasinya pada sebuah bank dan perusahaan taksi.

Sayangnya, nasib sedang tidak bersahabat dengannya. Investasinya di bank maupun perusahaan taksi yang siapkan harus hilng sia - sia akibat resesi besar yang terjadi di akhir 1929. Kebangkrutan menjadi hal yang tak bisa ia hindari.

Braddock tidak mempunyai keterampilan apa pun selain bertinju. Padahal, ia punya kewajiban untuk mencari nafkah bagi istri dan ketiga rang anaknya. Untuk itu, Braddock pun terpaksa harus mencari pekerjaan. Satu - satunya yang dapat ia andalkan adalah ototnya.

Karenanya, setiap hari Braddock berjalan sejauh lima kilometer ke pelabuhan Weehawken dan Hoboken. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan di sana. Jika beruntung, ia bisa menjadi kuli angkut untuk barang -barang yang baru tiba di pelabuhan tersebut.

Tapi jika sedang tidak ada yang bisa ia angkut, ia harus pergi ke West New York dengan melanjutkan perjalanan sejauh tiga kilometer lagi dan mencari pekerjaan di sana. Jika masih juga tidak mendapat pekerjaan di sana, maka ia terpaksa pulang ke rumahnya dan membersihkan tumpukan salju yang menutupi jalanan dan pekarangan rumahnya.

Masa - masa seperti itulah yang harus ia nikmati selama sekitar sembilan bulan dalam hidupnya. Para tetangganya yang dulu terbiasa menyapa dan menyalaminya setiap hari, kini hanya diam dan menjauh melihat Braddock yang seolah sudah menjadi pecundang.

Baca juga: Beban Hidup Tak Selalu Membawa Sengsara - Kisah Inspiratif Seorang Komedian Roseanne

Pertarungan baru Jim Braddock

Meski sudah tersingkir dari dunia tinju, Jim Braddcok masih punya kenalan dari dunia lamanya ini. Seorang bernama Joe Gould, yang merupakan kawan sekaligus manaer lama Braddock rupanya masih meyakini akan kemampuan Braddock. Ia berusaha membujuk Jimmy Johnston, salah seorang promotor di Madison Square Gardon, agar ia bersedia memberi kesempatan Braddock bertarung.

Beruntung, Jimmy Johnston bersedia memberikan kesempatan tersebut. Jim Braddcok akhirnya memulai pertarungan barunya dalam dunia tinju. Sebagai mantan petinju yang pernah hebat, Jim Braddock dapat dengan mudah mengalahkan lawan pertanya, Corn Griffin.

Lawan berikutnya, John Henry Lewis dan Ari Lasky rupanya juga sukses dikalahkan oleh Jim Braddock dengan cukup mudah. Kemenangannya ini pun menjadi tiket bagi Braddock untuk kembali menjadi penantang utama di kelas berat. Kali ini, lawannya adalah Max Bear yang sudah lebih populer kala itu.

Usia Braddock saat pertarungan ini sudah tidak lagi muda. Tentu ini bisa jadi hambatan tersendiri mengingat stamina yang umumnya menurun di usia yang semakin tua. Ia pun tidak banyak diunggulkan. Hanya saja, Braddock mempunyai senjata baru kali ini.

Karena pekerjaan yang ia lakukan selama sembilan bulan terakhir di pelabuhan, tangan Braddock kini jadi lebih kuat. Meski tangan kanannya cidera, tapi ia masih punya tangan kiri yang saat itu juga jadi lebih sering ia gunakan.

Tangan kiri Braddock hampir sama hebatnya dalam melancarkan serangan jab seperti juga dengan tangan kanannya. Padahal, dulunya hanya tangan kanan Braddcok saja yang menakutkan. Tapi, kini tangan kirinya pun sama menakutkannya.

Kekuatann tangan kiri Braddock ini akhirnya sukses mengantarkan Braddock meraih kemenangan dan menjadikannya juara dunia kelas berat yang baru. Berikutnya, karier tinjunya kembali menjadi pekerjaan yang mampu memberikannya tingkat kesuksesan tinggi.

“Aku harus yakin bahwa ketika sesuatu menjadi buruk, maka aku bisa mengubahnya” - Jim Braddock (Dunia Dunia Tinju)

Be the Cinderella Man

Jim Braddock pernah menjalan kehidupan yang melarat. Ia pernah mendapat label seorang pecundang dan banyak mendapat cemoohan, bahkan diacuhkan. Meski dalam masa -masa seperti itu, ia tetap berjuang dan bekerja keras demi sebuah tanggung jawab, yakni untuk keluarganya.

Lantas, ia dapat kembali sukses dan menjadi juara dunia yang bergelimang harta. Perubahan hidupnya dari melarat dan menjadi seorang kaya raya ini membuat Jim Braddock mendapat julukan baru, yakni the Cinderella Man.

Kisah the Cinderella Man alias Jim Braddock ini mengajarkan kita tentang betapa pentingnya perjuangan, kesabaran dan kegigihan untuk meraih kesempatan terbaik. Hingga akhirnya, kesuksesan bisa benar -benar datang kepada kita.

 Referensi :Purna, Assep. 2011. 101 Kisah Inspiratif. GagasMedia.

*Penulis: Hasna Wijayati