BELAJAR TAWADUK, TAAT, QANA’AH DAN SABAR

Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamiin memberikan banyak pelajaran bagi umat manusia di muka bumi ini. Mulai dari perilaku lahir sampai pada olah batin yang semuanya bisa menjadikan manusia memiliki akhlak yang mulia dan menjadi orang yang baik dan bisa berguna pula untuk kehidupan orang lain.

Pada kesempatan kali ini, akan dijelaskan sedikit mengenai beberapa perilaku yang mana semuanya masuk pada kategori dalam hal-hal yang baik, lagi mulia. Baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, yakni tawadhuk, patuh atau taat, sabar juga qana’ah.

BELAJAR TAWADUK, TAAT, QANA’AH DAN SABAR

Pertama, Tawaduk

Kata tawaduk dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan rendah hati. Tawaduk ini juga bisa diartikan sebagai sikap rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri pada orang lain. Kebalikan dari sifat tawaduk ini adalah sombong. Yang perlu diketahui adalah tawaduk ini bukan berarti sikap rendah diri.

Orang yang mempunyai sikap tawaduk berbeda dengan orang yang rendah diri. Karena rendah diri ini punya konotasi yang buruk, tidak merasa mampu dan merasa kecil di hadapan orang lain. Hal ini berbeda dengan orang yang tawaduk, karena dirinya tidak akan merasa lebih dibandingkan dengan orang lainnya

Sikap tawaduk ini dianjurkan dipunyai oleh setiap muslim, karena dengan sikap tersebut seseorang bisa hidup dengan tenang, terhindarkan dari sifat sombong, serta tidak mengganggu orang lain. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:

«وَإِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ»

Artinya:

“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan padaku untuk berbuat tawaduk sehingga tidak ada satu pun orang yang menyombongkan diri terhadap orang lainnya, juga tidak ada satu orang pun yang berbuat aniaya terhadap yang lainnya” (HR. Muslim dari Qatadah ra.)

Dalam hadits yang lain juga dijelaskan sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ»

Artinya:

Dari Abu Hurairah ra., dari Rasulullah saw., bersabda: “Harta itu tidak akan berkurang dikarenakan sedekah, dan Allah tidak menambah kepada orang yang memaafkan, kecuali kemuliaan. Dan tidak ada satu orang pun yang tawaduk karena Allah, kecuali Allah akan memuliakannya.” (HR. Muslim)

Lalu, bagaimana dengan tawaduk kepada Allah?, tawaduk kepada Allah adalah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena jika seseorang tidak mau mengikuti dengan ketentuan untuk patuh pada Allah, maka orang tersebut adalah sombong, padahal kita tahu, sebagai makhluk-Nya, kita tidak ada apa-apanya.

Kedua, Taat

Sebagai orang yang beriman, tentu ada indikasi atau ciri-ciri yang melekat pada orang tersebut. Salah satunya adalah sikap taat pada aturan-aturan Allah. Artinya orang tersebut senantiasa tunduk dan patuh pada segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Orang yang beriman mempunyai beberapa macam jenis ketaatan. Yakni taat kepada Allah, taat kepada Rasul juga pada ulil amri (pemimpin). Hal ini seperti yang dijelaskan pada QS. An-Nisaa’ (4): 59, berikut ini:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kamu...”

Cara mewujudkan taat kepada Allah, dalam hal ini adalah dengan menjalankan segala syariat yang telah dibawa oleh Rasulullah saw. seperti yang dijelaskanan dalam QS. An- Nisaa’ (4): 80

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَۖ

Artinya:

“Siapa yang mentaati Rasul itu, maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah.. .”

Seorang mukmin yang taat biasanya ketika ada perintah atau hukum Allah yang mana punya ketentuan, mereka senantiasa mengucapkan: sami’naa wa atha’naa (kami mendengar dan kami taat)

Banyak ayat yang menjelaskan tentang taat, karena dengan menjaga taat inilah takwa seseorang kepada Allah juga akan meningkat. Bahkan ada ayat yang menyeru orang beriman untuk sungguh bertakwa, sehingga ketika kelak nanti ketika mati dalam keadaan muslim.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” ( QS. Ali Imran (3): 102).

Simak juga: Kajian Singkat Surat at-Tiin

Ketiga, Qana’ah

Qana’ah mempunyai arti rela menerima serta merasa cukup dengan segala sesuatu yang dimiliki, ditambah dengan jauh dari rasa kurang, serta sifat tidak puas. Tapi jangan salah paham, qana’ah tidak sama dengan malas, tidak mau usaha semaksimalnya.

Orang yang qana’ah senantiasa giat bekerja dan berusaha, yang membedakan adalah, ketika orang tersebut sudah dengan maksimal, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diimpikannya, orang tersebut rela menerima apa yang ada dan juga bersyukur pada Ilahi Rabbi. Sehingga bisa menjauhkan orang tersebut untuk berbuat serakah.

Seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits berikut ini:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ»

Artinya:

“Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra. , sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “ Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rizqi baginya secukupnya dan merasa cukup dengan apa yang telah Allah karuniakan padanya” (HR. Muslim)

Sifat qana’ah ini harus menjadi dasar bagi setiap muslim, karena dengan menerapkan qana’ah dalam kehidupannya, maka secara langsung sudah membuat stabilisator dalam kehidupannya, disamping juga dinamisator. Sehingga akan selalu merasa tentram, merasa kaya, berkecukupan, dan tidak serakah.

Dengan menjaga sifat qana’ah ini, akan memunculkan kekuatan batin yang mana kekuatan tersebut selalu mengajak orang tersebut untuk selalu maju dan mandiri, tanpa melupakan tanggung jawabnya sebagai makhluk Allah.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَلَيْكُمْ بِالْقَنَاعَةِ، فَإِنَّ الْقَنَاعَةَ مَالٌ لَا يَنْفَدُ»

Artinya:

Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “ Atasmu sekalian ada (terdapat) qana’ah, maka sesungguhnya qana’ah adalah harta yang tidak pernah habis” (HR. Thabrani)

Keempat, Sabar

Belajar tentang sabar ini memang tidak boleh asal-asalan, karena sabar ini merupakan salah satu sifat atau sikap yang sangat terpuji. Sabar ini harus diterapkan dalam segala hal, bukan hanya pada waktu ketika mengalami masalah saja, tetapi  di waktu luang atau di waktu yang bisa kita nikmati, seseorang juga harus sabar.

Ayat yang menjelaskan tentang sabar ini diantaranya adalah:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٢٠٠

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu sekalian dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (QS. Ali Imran (3): 200)

Dari ayat di atas sudah jelas bahwa, yang namanya sabar bukanlah rasa pasrah dan menyerah begitu saja, tetapi senantiasa berikhtiar melakukan sesuatu yang menjadi cita-citanya atau yang bermanfaat. Tidak mudah mengeluh dan tidak mudah putus asa.

Berbagai macam rintangan, halangan, cobaan bahkan kenikmatan yang ada tentunya harus disikapi dengan sabar. Ketika ada suatu musibah, entah itu banjir, kemarau panjang, meninggalnya orang yang kita cintai dan yang lain-lainnya.

Umat Islam diperintahkan untuk tahu, bahwa semua yang ada di alam raya ini tentu akan kembali kepada Sang Pemilik, Allah swt. Oleh sebab itulah ketika ada suatu musibah hendaknya mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun , seperti yang tercantum dalam ayat di bawah ini

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦

Artinya:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun" (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali) (QS. Al- Baqarah (2): 155-156)

Semoga dengan penjelasan singkat, mengenai empat sifat yang terpuji di atas, bisa memberikan gambaran dan semangat untuk kita semua dalam beribadah guna meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt.

Sumber:

  1. Supardjo dan Ngadiyanto, Mutiara Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII, (Solo: PT. Wangsa Jatra Lestari, 2011)
  2. Software Qur'an in Word v. 2.2
  3. Software Kamus Besar Bahasa Indonesia v. 1.1
  4. Software al-Maktabah al-Syamilah v.3. 46
*Penulis: Abdul Wahid

Materi lain: