Penjelasan Singkat Mengenai Konseling Realita

Sebagai seorang guru bimbingan dan konseling penting bagi kita untuk memahami tentang bentuk- bentuk konseling yang dapat digunakan untuk melayani siswa. Salah satunya konseling realita.

Artikel ini akan memberikan pemaparan singkat dan jelas tentang konseling realita. Perhatikan baik- baik penjelasan di bawah ini.

Penjelasan Singkat Mengenai Konseling Realita

Pencetus

William Glasser

Hakikat Manusia

1# Manusia memiliki kebutuhan psikologis yang terus menerus sepanjang kehidupannya dan harus dipenuhi

2# Manusia memiliki 3 kekuatan untuk tumbuh menuju identitas sukses, yaitu:

2#A Mengisi dan memuaskan identitas sukses

2#B Menampilkan tingkah laku yang bertanggungjawab

2#C Memiliki hubungan interpersonal yang baik

Penjelasan:

Terapi ini berdasarkan pada choice theory, bahwa manusia adalah makhluk sosial dan mempertahankan hubungan yang berkualitas agar dapat mencapai kebahagiaan dan kepuasan, sebab masalah merupakan akibat dari ketahanan kontrol dengan orang lain atau usaha untuk mengontrol orang lain.

Struktur Kepribadian

Terapi ini fokus pada apa yang dilakukan klien dan bagaimana mendapatkan sesuatu dengan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan saat ini. Kepribadian disusun sebagai usaha-usaha individu untuk menemukan kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan yang paling penting adalah untuk mencintai dari dicintai dari merasa dirinya berharga serta orang lainpun berharga.

Setiap orang belajar untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yang selanjutnya akan mengembangkan tingkahlaku yang normal yaitu bertanggungjawab dan berorientasi pada realita serta mengidentifikasi diri sebagai individu yang behasil atau sukses. Pendekatan ini menolak model medis, ketidaksadaran, dan mengingat masa lalu individu.

Pribadi Sehat

  1. Adanya kemampuan mengevaluasi hidup
  2. Bertindak dan berbuat secara efektif
  3. Adanya kemampuan mengontrol perilakunya.
  4. Adanya sikap 3R (right, responsibility, reality).

Pribadi Bermasalah

  1. Berperilaku tidak efektif
  2. Dalam kondisi depresi atau tertekan
  3. Keseimbangan psikis yang goyah.
  4. Tidak adanya sikap 3R (right, responsibility, reality).
  5. Kekurangterlibatan dengan orang lain akan mengarah pada kekurang mampuan memenuhi kebutuhan dan lebih jauh akan mengarah pengaburan 3 R
  6. Kegagalan orang tua atau orang yang bermakna
  7. Individu tidak belajar

Hakikat Konseling

Membantu individu mencapai otonomi (kebijakan). Otonomi merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal). Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan oleh konseli.

Selain itu, adanya choice theory menekankan individu pada pilihan dan tanggungjawab, menolak transferensi, proses terapi dalam konteks masa sekarang, menghindari fokus pada gejala-gejala, menghindari pemberian hukuman dan kritik, dan menolak pandangan lama tentang kesakitan mental.

Tujuan Konseling

  1. Terapi realitas berusaha menyampaikan kerangka-kerangka teori pilihan kepada klien untuk memahami perilakunya.
  2. Pendekatan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran klien tentang perilaku memilihnya dan bagaimana klien mencoba mengontrol dunianya melalui perilaku.
  3. Agar setiap individu mampu mempertanggung jawabkan dirinya sendiri sehingga mampu mengembangkan rencana mereka dengan bertanggung jawab dan secara realistis untuk mencapai tujuan mereka.
  4. Individu mampu mencapai tujuannya dengan mandiri.
  5. Membantu anggota kelompok mengevaluasi perilaku mereka dan menentukan rencana aksi untuk perubahan.
  6. Klien dibantu untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan dasar akan kelangsungan hidup, rasa ingin memiliki, kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan.
  7. Terapi realitas membantu klien untuk mempunyai gambar-gambar yang baik dalam dunia kualitasnya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
  8. Terapi realitas membantu klien untuk mengembangkan dan mengimplementasikan perilaku-perilaku tertentu yang akan membantunya memenuhi kebutuhannya sekarang dan di masa mendatang tanpa menggagalkan kebutuhan lainnya.
  9. Terapi realitas mengajari klien tentang cara menghindari dirinya dikontrol oleh perilaku orang lain bersifat mengontrol secara negatif.

Terapi realitas bermaksud membantu klien untuk membantu dirinya. Klien sebaiknya disiapkan bukan hanya untuk menangani masalah sekarang, tetapi juga mencegah atau mengatasi masalah-masalah yang akan datang.

Sikap Konselor

  1. Kemampuan untuk sensitif, mencapai kebutuhan mereka secara terbuka,
  2. Tidak menerima ampunan,
  3. Menunjukkan dukungan yang terus menerus dalam membantu konseli,
  4. Memahami dan mengempati konseli, dan untuk terlibat dengan tulus hati.
  5. Bebas kritik terhadap klien

Tugas dan Peran Konselor

Tugas:

  1. Terlibat dengan konselinya dan kemudian menghadapi konseli dengan mengusahakan agar konseli mengambil keputusan.
  2. Menaksir tingkah laku secara realistis
  3. Mengajar anggota dasar-dasar teori pilihan sebagai cara untuk membantu mereka memahami mengapa mereka berperilaku seperti yang mereka lakukan. Membantu anggota untuk merumuskan dan melaksanakan rencana untuk perubahan.
  4. Menyampaikan gagasan bahwa tidak peduli seberapa buruk harapan. Jika konselor mampu menanamkan rasa harapan ini, konseli merasa bahwa mereka tidak lagi sendirian dan dimungkinkan adanya perubahan.

Peran:

  1. Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan hubungan baik dengan klien, mengajarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya, misalnya dengan bertanya, dan menyampaikan serta meyakinkan kepada klien bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan
  2. Advokat, atau seseorang yang di sisi konseli. Bersama-sama mereka bisa kreatif mengatasi berbagai kekhawatiran.

Sikap Konseli

Belajar mengenai hidup

Tugas dan Peran Konseli

Tugas:

  1. Fokus pada perilaku sekarang tanpa terpaku pada permasalahan masa lalu,
  2. Konseli mau mengevaluasi perilakunya, dan
  3. Konseli mulai menetapkan perubahan yang dikehendakinya dan
  4. Komitmen terhadap apa yang telah direncanakan.

Peran:

Konseli dapat mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan apa yang dipersepsikan tentang kondisi yang dihadapinya,

Situasi Hubungan Konseling

  1. Terapi Realitas berlandaskan atau keterlibatan pribadi antara terapis dan klien.
  2. Perencanaan adalah hal yang essensial dalam terapi realitas
  3. Komitmen adalah kunci utama terapi realitas

Terapis realitas tidak menerima sikap saling menyalahkan

Tahap Konseling

Glasser menekankan pada Choice Theory untuk membantu individu mencapai tujuan hidup yang diinginkan secara lebih bertanggungjawab, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu tidak berkepanjangan dalan menggali masalah, tidak perlu melihat masa lalu, dan memfokuskan pada apa yang dipilih untuk dilakukan klien sekarang karena hal tersebutlah yang dapat dikontrol klien adalah dirinya.

Lebih lanjut, Wubbolding, menyatakan tahapan terapi realitas dimulai dari lingkungan konseling meliputi suasana hubungan dan keterlibatan konselor dan konseli, kemudian:

1# Want

Terapi realitas membantu konseli dalam menemukan keinginan dan harapan mereka. Konselor bertanya, "Apa yang kau inginkan?", konseli dibantu dalam menemukan apa yang mereka inginkan dari proses konseling dan dari dunia di sekitar mereka.

Ini penting untuk konseli dalam menemukan yang di harapkan dan diinginkan dari konselor dan dari diri mereka sendiri. Bagian dari konseling terdiri dari menjelajahi atau eksplorasi "picture album" (keinginan), kebutuhan, dan persepsi atau kualitas dunia konseli.

Konseli diberi kesempatan oleh konselor untuk melakukan eksplorasi pada setiap aspek kehidupan, apa yang mereka inginkan dari keluarga, teman, dan pekerjaan.

2# Doing

Di awal konseling penting untuk mendiskusikan dengan konseli secara keseluruhan arah dari kehidupan mereka. Eksplorasi ini adalah awal untuk evaluasi berikutnya apakah itu adalah arah yang diinginkan. Menanyakan yang dilakukan konseli atau disebut doing.

Dalam doing ini konselor menanyakan secara spesifik tentang apa saja yang dilakukan konseli, cara pandang yang dimiliki konseli dalam konseling realita, akar permasalahan konseli yang bersumber pada perilakunya.

Konselor bukan bertanya pada perasaannya dalam doing ini. Misal, konseli mengungkapkan setiap kali menghadapi ujian ia mengalami kecemasan yang luar biasa. Konseling realita ini memandang bahwa, yang harus diatasi bukan tentang kecemasan yang dialami oleh konseli. Namun hal-hal apa saja yang telah dilakukan konseli untuk menghadapi ujian yang dialami .

3# Evaluation

Respon-respon yang diberikan konselor antara lain menanyakan apakah yang dilakukan konseli dapat membantunya keluar dari permasalahan yang dialami. Atau sebaliknya, konseli tetap pada masalah yang dialami.

Konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan perilakukanya itu didasari oleh keyakinan bahwa hal tersebut baik baginya. Konselor berfungsi bukan untuk menilai benar atau salah atas perilaku yang dilakukan konseli, namun membimbing konseli untuk menilai perilakunya pada saat ini.

Beri kesempatan kepada konseli untuk mngevaluasi, apakah ia cukup terbantu dengan pilihanya tersebut. Kemudian konselor bertanya pada konseli apakah pilihan perilakunya dapat memenuhi yang menjadi kebutuhan konseli saat ini. Lalu, konselor menanyakan pada konseli tentang: apakah konseli akan tetap pada pilihannya.

Kemudian, apakah hal tersebut merupakan perilaku yang dapat diterima oleh diri sendiri dan orang lain, apakah pilihannya tersebut realistis atau dapat diterima secara akal sehat, apakah pilihannya, benar-benar dapat mengatasi masalah yang dialami, apakah keinginan konseli tersebut bersifat realistis atau dapat terjadi atau dicapai.

Terakhir, bagaimana konseli dalam memandang pilihan perilakunya, sehingga konseli dapat menilai apakah hal tersebut cukup membantu untuk mengatasi masalah yang dialami, dan menanyakan komitmen konseli untuk mengikuti proses konseling yang dijalani.

4# Plans

Konseli berkonsentrasi membuat rencana untuk mengubah tingkah laku. Rencana menekankan tindakan yang akan diambil, bukan tingkah laku yang akan dihapuskan. Wubbolding berpendapat bahwa rencana terbaik adalah yang sederhana, dapat dicapai, dapat diukur, langsung, dan konsisten.

Rencana juga dikendalikan oleh konseli dan terkadang dituangkan dalam bentuk kontrak tertulis yang menyebutkan alternatif-alternatif yang dapat dipertanggung jawabkan. Konseli kemudian diminta untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan tersebut.

Wubbolding dalam Corey, (2007: 328) menggunakan akronim SAMIC3 untuk membuat sebuah perencanaan yang baik: Simple (sederhana); Attainable (dapat dicapai); Measurable (dapat diukur); Immediate (sesegera mungkin); Controlled by counseli (ditentukan oleh konseli); Committed to (komitmen konseli); dan Continously done (dilakukan berulang-ulang).

Sehingga dapat dinyatakan, tahapan konseling meliputi: pembinaan hubungan baik; identifikasi keinginan saat ini; identifikasi tingkah laku saat ini; evaluasi tingkah laku saat ini; perencanaan tingkah laku bertanggungjawab; komitmen; dan pengakhiran konseling.

Teknik Konseling

  1. Melakukan bermain peran dengan klien
  2. Menggunakan humor
  3. Mengkonfrontasi klien dan tidak memberi ampunan
  4. Membantu klien merumuskan rencana perubahan
  5. Melayani klien sebagai model peranan dan guru
  6. Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang pas
  7. Menggunakan verbal shock atau sarkasme tang tepat untuk menantang klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistik
  8. Terlibat dengan klien dalam mencari hidup yang lebih efektif

Hasil - Hasil Penelitian

An Examination Of The Effectiveness Of Choice Theory On Teachers’ Teaching Effectiveness And Students’ Subsequent Academic Achievement oleh Kianipour Omar dan Hoseini Barzan. (2012), International Journal of Choice Theory and Reality Therapy, Spring 2012, ( XXXI), (2):14-21.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam skor siswa dalam pra - dan pasca - tes akademis ( P < .01 ). Hasil penelitian ini memberikan dukungan untuk hipotesis bahwa pelatihan guru dalam Teori Choice Glasser membantu meningkatkan kinerja akademik siswa.

Keefektivan Supervisi Klinis terhadap Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor dalam Konseling. Sosthenes Malioy. 2012. Disertasi.  Program Studi Bimbingan dan Konseling, Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Hasil penelitian Malioy menunjukan bahwa penguasaan kompetensi profesional dalam konseling realitas antara subjek yang disupervisi klinis dan yang tidak disupervisi klinis, terdapat perbedaan signifikan.

Secara khusus juga terdapat perbedaan penguasaan tiap-tiap aspek konseling realitas. Aspek- aspek tersebut yaitu aspek pembinaan hubungan baik, identifikasi keinginan konseli saat ini, identifikasi dan penilaian perilaku konseli saat ini, perencanaan perilaku bertanggungjawab, dan terminasi dan tindak lanjut dalam konseling realitas.

Kelebihan

  1. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.
  2. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan.
  3. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku manusia.

Kelemahan

  1. Konseling realita mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan faktor genetik yang lain.
  2. Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya.

Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan/ketergantungan.

Demikian penjelasan tentang Konseling Realita, mulai dari siapa yang menjadi penggagas untuk konseling ini sampai pada kelebihan dan kelemahan dari konseling realita.  Selamat belajar dan semoga bermanfaat artikel yang kami bagikan ini.

Daftar Pustaka

  1. Corey, Gerald. 2005, Teori dan Praktek Konseling. Refika Aditama : Bandung
  2. Jones, Nelson. 20011, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
  3. Komalasari, Gantina dkk. 2011, Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks : Jakarta
  4. Lubis, Lumongga. 2011, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek. Kencana Prenada Media Group : Jakarta
*Penulis: Indriyana Rachmawati

Bacaan lain: