SI KACANG ALMOND

"Bukan cuma kamu yang merasakan menyiksanya kesendirian!! Aku juga." Ketika cinta pertamaku,  memecah keheningan, siang itu di room chat facebook, 15 tahun yang lalu.

Aku lupa aku membalas apa waktu itu. Namun, seakan ia sangat mengerti keadaanku, sementara aku hanya mementingkan diri sendiri. Aku mengingkari jika kita memiliki rasa sakit yang sama, mungkin, yaitu kesepian. Seorang ayah yang lebih sering bepergian ke luar kota daripada makan malam bersama keluarga. Lingkungan hidup perumahan elit yang menyusahkan kita untuk bergaul dan berteman antar tetangga.

Yang kami miliki hanya teman sekolah. Kami juga memiliki tiga sahabat yang sangat mengerti dan saling menopang. Kami juga memiliki masalah dengan beberapa teman sekolah karena mereka songong dan menindas teman-teman yang lemah. Ya ya ya, begitu banyak kesamaan kami yang banyak aku lupakan selama 15 tahun ini.

Meskipun banyak kesamaan dari kita, chatingan kita tidak sebanyak kesamaan dari kita. Sulit sekali mencari waktu ketika kita online facebook bareng. Aku yang cuma mengandalkan warnet sementara kamu dari leptop dan wifi rumah yang sering bertabrakan dengan jadwal sekolahmu yang padat, waktu masih di SD Luqman Hakim Jogja. Mungkin.

Aku harus mengingat kenangan 15 tahun yang lalu yang berusaha aku kubur. Dan ini tidaklah mudah. Namun, aku tidak bisa benar-benar melupakan senyumanmu yang lebar dan simetris serta tatapan matamu yang seperti biji almond. Ahahaha aku jadi tertawa sendiri jika aku mengingatmu.

Mungkin tidak semua anak kecil dapat dengan tenang ketika ia jatuh cinta. Meskipun orang yang ia jatuhi hati itu belum pernah sama sekali ia jumpai dalam wujud yang tidak maya. Mendengar suaranya pun ia tidak pernah. Namun, kenapa ia susah melupakan? Dan parahnya lagi, sekedar menyusun beberapa kata untuk chatingan dengan "biasa" saja ia gerogi setengah mati.

Memutar-mutar kursi warnet, terkadang memutar-mutar kursor di layar gak jelas. Ketika ada pembahasan, cewe itu sudah off. ahahaha betapa konyolnya diriku! Pernah juga ketika asyik-asyiknya chatingan, warnetnya mati listrik! Lalu hujan deras. Aku terjebak dalam dimensi rindu yang meresahkan ketika itu.

Aku pertama kali mengenalmu ketika kamu SD kelas 5, sementara aku smp kelas 1. Ketika itu, di foto profilmu, kamu mengenakan jilbab berwarna coklat muda, dengan senyumanmu yang khas.

Susah banget ngajak kamu main game Ameba Pico atau Ninja Saga. Kamu tetap saja main Legends of Rock Guitar , gara-gara temenmu banyak yang main Legends of Rock Guitar. Ya, inilah awal ketika kamu jarang membalas chat ku.

Tahun 2010 ketika mendengar kabar gunung merapi meletus, aku panik banget. Aku mengkhawatirkanmu, Naa. Sangat!

Malam itu, juga aku lari ke warnet. Kamu juga tau khan kalo aku belum bisa naik motor. Kalah dengan adek kelasmu yang ngejar kamu waktu itu. Inget kan? Umm... Itu lho yang nge-upload fotonya lagi naik motor Vxgx merah, hehe, ahaha, wkwk.

Aku harap senyum kita sama ketika kamu membaca beberapa kalimat tadi, ahaha. Sepedaku juga lagi rusak. Aku belum cerita sama kamu kalo soal sepedaku yang rusak.  Sekitar jam 12 malam aku berlari sejauh 2 kilo meter lebih sedikit, nyari warnet yang buka.

Rumahku waktu itu sudah pindah di sekitar perumahan Mojosongo, Puncak Solo. Melewati hutan Ring Road Mojosongo, Solo, tanpa senter. Awalnya sih gelap gulita, iya kan? Tapi lama-lama mata juga terbiasa.

Di dalam hutan tersebut ada dua tempat yang menurut warga sekitar angker banget, entah keberanian dari mana aku terjang itu tempat angker. Pertama, di tengah hutan tersebut ada lembah, namanya lembah setan. Sering tuh penampakan berupa hewan jadi-jadian di sana.

Aku ga peduli. Waktu itu emang ada suara-suara aneh, tapi yaa aku terus berlari. Demi kamu. Lalu 'Gedung Kosong', lebih mudah aku lewati karena tidak seluas area lembah iblis. Yang kita harus naik turun lembah dan jurang untuk melewatinya. Oya , sebenarnya ada jalan desa dan jalan raya, tapi dua kali lipat lebih jauh. Ya tapi, begitulah aku.

Aku begitu kekanak-kanakan waktu itu. Kalo dipikir pake otak yang dingin, enggak mungkin dia online jam segini.  Apalagi situasi lagi gawat darurat. Dasar bodoh diriku! Di depan pintu warnet aku berfikir seperti itu. Kaosku basah kuyup oleh keringat. Segera aku masuk ke warnet dan login billing.

Lalu segera aku buka FB. Kotak masuk. Ah pesanku yang dua minggu yang lalu belum dibalas. Tak apalah aku kirim pesan ke dia lagi. Sebenarnya aku ragu. Aku tau itu akan sangat membuatmu ilfeel .

Tapi, perhatianku keterlaluan malam itu. Malah membuat kamu risih, aku yakin. Apa daya pesan terlanjur aku kirim. Di sisi lain, juga melampiaskan pengorbananku sampai bisa ngirim pesan ini. Perjuanganku bisa sampai sini, sangat enggak mudah. Sayang kalau hanya satu dua kalimat. Aku setelah ini juga harus menanggung kemarahan ortu ku yang kalo diparagrafin: satu novel! Hadeh. Soalnya aku pergi enggak izin. Kalo izin pun pasti juga kena marah.

Kita semakin jauh

Aku jarang online

Kamu jarang buat status

Aku nunggu kamu

Kamu jarang online

Apakah kamu baik-baik saja?

Perasaanku tidak enak..

Aku yakin terjadi sesuatu dengan kamu !

Kenaikan kelas tiba. Tiba-tiba kamu ngabarin ke publik facebook kalo kamu pindah Riau. Ada apa eh? Sekolah kamu juga pindah. Aku tanya sahabat-sahabat kamu. Mereka tidak tahu. Aku chat kamu, kamu jarang bales. Di Riau, kamu sekolah di asrama?

" Dia sebenernya juga pindahan, darimana entah. Awalnya sih kelas 4, tapi semester 2 sekelas sama aku sama Safna sama Nisa di kelas 5A." Kata sahabatnya, Fitri, ketika aku chat Fitri, kepo tentang kamu, Hana. " Misterius banget, tapi ga thau malah aku bisa akrab sama dia, trus malah bisa dapet sahabat. Ngerasain persahabatan. Kami berempat. Hana itu orangnya lucu, lugu, nggemesin, imajinatif." Lanjut Fitri.

Beberapa bulan kemudian, beberapa foto di galery facebook-mu kamu hapus. Beberapa foto kenangan di Jogja. Kenanganmu bersama sahabat-sahabatmu. Tapi kenapa foto kamu sama ibu kamu juga? Juga kamu hapus ....

Aku tau kamu tidak dalam baik-baik saja

......

Apakah Kanada sedingin Yogyakarta ketika musim dingin di malam hari? Masih teringat jelas ketika itu kamu mengeluh dinginnya malam di Jogja.

Lima belas tahun telah berlalu dari pertama aku mengenalmu. Kamu orang baik. Aku yakin suatu saat nanti kamu bakal jadi orang besar, Naa. Pasti kamu memiliki sahabat di tempatmu tinggal sekarang kan? Seperti saat di Jogja. Atau bahkan lebih seru? Suatu saat nanti aku ingin mendengar ceritamu. Atau mungkin kita dapat bertemu secara langsung?

Saat itu aku bercita-cita melanjutkan S2 ke Amerika. Entah kenapa Amerika, mungkin karena ada kamu di sana. Tapi, untuk bertahan hidup, enggak semudah yang aku bayangkan waktu SMA. S1 pun hampir aku berhenti di tengah jalan.

Oiya kamu ngelanjutin S2 di California kan? Kayak kakak laki-laki kamu yang badannya besar itu. Hehe sok tahu ku kumat deh.

Oiya, dulu waktu habis lulus SMA aku kan ndaftar di salah satu universitas negeri di Jogja. Aku ketemu sahabat kamu, Fitri. Dia juga waktu itu ujian masuk bareng sama aku. Hehe, lagi-lagi aku ngepoin kamu ke Fitri. Fitri nakut-nakutin aku dengan kakak-kakak kamu yang badannya gede-gede.

“Yakin mau ngejar Haana sampai ke Amerika?” Canda Fitri, “Enggak takut sama kakak-kakaknya? Badannya gede-gede lho serem. Hehe”

Sekian dulu nostalgia kita. Sore ini ditemani secangkir kopi panas, aku membuka memori masa laluku yang lama terkunci ini sambil nunggu anakku pulang sekolah, Naa. Di warung samping TKIT Lukman Hakim, yang bersebelahan dengan SD mu dulu, SD Lukman Hakim Jogja.

*Penulis: Zaki Fathurahman Alhafidz