Kisah Inspirasi Steve Jobs – Jatuh untuk Bangkit

Kisah ini tentang Steve Jobs yang merupakan pendiri, pendamping, ketua serta mantan CEO Apple Inc. Anda tentu sudah kenal dengan nama besar Apple bukan? Siapa sangka jika berdirinya perusahaan besar ini dimotori oleh seorang yang bahkan tidak pernah lulus kuliah.

Ada banyak hal yang bisa terjadi secara tak terduga. Ada banyak cara untuk bisa bangkit dan menjadi besar, sekalipun kita pernah jatuh dan berada di titik yang sangat rendah. Semua ini tergantung pada pilihan apa yang kita tetapkan untuk dijalankan.

Steve Jobs memiliki begitu banyak kisah menarik dan inspirastif untuk diceritakan. Namun, kita tidak akan mengulas seluruh kisahnya. Kali ini, kita hanya akan mengumpulkan beberapa serpihan kisah menarik mengenai bagaimana ia bisa bangkit setelah terjatuh.

Berhenti Kuliah

Semua berawal ketika Steve Jobs belum lahir. Ibu kadungnya masih terlalu muda ketika ia hamil Steve. Ibunya yang hanya lulusan akademi menginginkan agar Steve Jobs diadopsi oleh orang lain yang bisa memberikan kehidupan lebih baik bagi anaknya. Ibunya ingin agar Steve Jobs diadopsi oleh seorang Sarjana sehingga hidup Steve Jobs akan terjamin.

Ibu Steve menemukan pasangan yang ingin mengadopsi Steve Jobs. Namun, di kemudian hari ibunya tahu bahwa ibu angkatnya tidak pernah lulus kuliah dan ayahnya tidak pernah lulus SMA. Ini membuat ibu kandungnya enggan untuk menandatangani surat adopsi. Baru kemudian ketika ayah dan ibu angkatnya berjanji untuk menguliahkan Steve Jobs, Ibu Jobs setuju untuk menyerahkannya.

Tujuh belas tahun kemudian, Steve Jobs benar-benar kuliah di sebuah Universitas yang biayanya hampir semahal Stanford. Hal tersebut membuat tabungan orang tua angkatnya habis untuk membiayai kuliahnya.

Namun sayang, setelah 6 bulan kuliah, Jobs merasa tidak mendapatkan apapun di bangku kuliah. Kemudian dia memutuskan untuk drop out. Setelah itu, dia mengambil mata kuliah yang menurutnya menarik yaitu kaligrafi.

Steve Jobs percaya bahwa hidupnya akan baik-baik saja. Namun, sebetulnya bisa dibilang dia tidak baik-baik saja. Dia bahkan tidak memiliki kamar asrama, sehingga harus menumpang tidur di lantai kamar temannya.

Untuk makan, Jobs harus mengumpulkan botol Coca-Cola hanya untuk mendapat uang sebesar lima sen. Setiap minggu malam, dia harus berjalan sejauh tujuh mil hanya untuk mendapatkan makanan yang layak di Kuil Hare Krishna. Sekalipun hidupnya terasa begitu memprihatinkan, Steve Jobs tidak merasa menyesal akan keputusannya.

Melalui kelas kaligrafi Steve Jobs belajar banyak hal yang menurutnya menarik. Contohnya adalah tulisan serif dan sanserif yang menurutnya begitu cantik. Ia juga belajar bagaimana memvariasikan jumlah spasi antara kombinasi huruf yang berbeda. Baginya tipografi merupakan hal yang indah, bersejarah dan memiliki arti seni tinggi, yang terkadang ilmu pengetahuan pun tidak dapat memahaminya.

Tipografi bagi Jobs adalah hal yang menakjubkan, tapi ia tidak pernah berharap untuk menjadikan hal tersebut sebagai ladang mencari pekerjaan. Sekalipun awalnya tidak pernah menargetkannya sebagai pekerjaan, tapi sepuluh tahun kemudian, harapan itu muncul saat dia dan temannya merancang computer Macintosh dan Mac.

Dengan bekal pembelajarannya dalam tipografi, ia berhasil membuat Mac yang dihiasi aneka jenis huruf yang sangat indah. Jika dia tidak berhenti kuliah, dia tidak mungkin mengikuti kelas kaligrafi dan Mac mungkin tidak pernah tercipta. Mac mungkin tidak akan pernah memiliki beragam jenis huruf.

Jika dia tidak drop out dari kuliah, komputer pribadi saat ini mungkin tidak akan memiliki tipografi yang seindah kita lihat sekarang. Justru setelah jatuh, Steve Jobs bisa bangkit dan mendapatkan momentumnya untuk sukses.

Kita mungkin tidak dapat melihat masa depan. Akan tetapi, ketika kita sudah melaluinya, kita dapat menoleh ke belakang dan menghubungkan hal-hal apa saja yang pernah kita lalui untuk mencapai keadaan sekarang ini. Oleh karena itu, kita harus punya keyakinan terhadap sesuatu entah itu takdir, karma, perasaan, kehidupan atau apa pun itu. Karena percaya bahwa hal-hal tersebut akan terjadi suatu hari nanti membuat kita percaya diri untuk melangkahkan kaki kita, bahkan ketika kita sedang berada pada jalur yang tidak mulus.

Baca juga: Kisah Inspirasi Menggelitik untuk Para Mahasiswa dari Soichiro Honda - Inilah Makna Kuliah yang Sesungguhnya

Kisah Apple

Mengenai pendirian Apple, Steve Jobs baru memulainya di usianya yang ke 20 tahun. Ia memulai Apple dengan Steve Wozniack di garasi milik orang tuanya. Sepuluh tahun kemudian, Apple mulai berkembang dari yang tadinya hanya berdua dalam sebuah garasi, menjadi perusahaan senilai dua milyar dollar dengan lebih dari 4000 karyawan.

Namun, saat usianya 30 tahun, dia dipecat dari Apple. Bagaimana mungkin dia dipecat dari perusahaan yang dia bangun sendiri? Hal ini membuatnya sangat terpuruk bahkan dalam beberpa bulan dia tidak tahu harus berbuat apa. Kondisi ini membuat Steve Jobs merasa dirinya benar-benar gagal di mata publik.

Tapi untungnya, dia bangkit. Sekalipun pernah terjatuh, tidak ada alasan untuk tidak bangkit. Lamtas. apa yang membuatnya bisa bangkit? Itu adalah cinta. Kaena dia mencintai apa yang dilakukan. Baginya, perubahan yang terjadi di Apple tidak merubah suatu apapun. Dia pernah ditolak tapi dia tetap mencintai apa yang dia lakukan. Kemudian dia memulai kembali.

Semua yang berawal dari nol memang lah tidak mudah. Hal ini membuat Steve Jobs merasa lebih bebas karena dia bisa menjadi lebih kreatif. Lima tahun setelahnya, dia memulai dengan perusahaan yang bernama NeXT dan Pixar. NeXT kemudian dibeli oleh Apple dan dia kembali ke Apple. Teknologi yang NeXT menjadi pusat kebangkitan Apple.

Bila dia tidak dipecat oleh Apple hal tersebut tidak mungkin terjadi. Kejadian tersebut dapat diibaratkan obat yang sangat pahit namun harus diminum pasien untuk kesembuhannya. Sama dengan yang dialami oleh Steve Jobs bahwa dia harus jatuh terlebih dahulu untuk dapat terbang lebih tinggi.

Jadi, apabila kita sekarang ini sedang merasa di bawah, terpuruk dan sedih akan sesuatu yang tidak mungkin dapat kembali, mungkin itu adalah jalan untuk kita agar dapat menjadi lebih baik.

Saya sadar bahwa everything has happened can’t be changed, akan tetapi Anda dapat memulainya dari hari ini. Mungkin kadang hidup seolah mengahantam kita dengan batu bata  tapi jangan lah hilang keyakinan. Satu-satunya yang dapat membuat kita bertahan adalah mencintai apa yang kita lakukan. Mari mulai mencari dan temukan apa yang kalian cintai.




Referensi:
Stanford. 2008. Steve Jobs' 2005 Stanford Commencement Address (with intro by President John Hennessy). https://www.youtube.com/watch?v=Hd_ptbiPoXM&feature=youtu.be. Diakses pada 2 Juni 2018.
*Penulis: Yunita Purwaningsih Maharani