Komodo, Sang Legenda Naga yang Hidup di Indonesia

Kamu pernah mengenal si Komo? Buat kamu angkatan era 90-an, kamu pasti mengenalnya bukan? Sayangnya, anak –anak yang lahir setelah tahun 2000, sepertinya sangat jarang yang menenal nama si Komo?

Si Komo adalah salah satu tokoh karakter yang sempat dihidupkan oleh Kak Seto Mulyadi. Pendongeng yang juga sekaligus pemerhati masalah anak ini menciptakan karakter si Komo yang kemudian populer lewat serial TV.

Lalu, kenapa kita bahas si Komo ya? Ini karena kali ini kita akan bahas tentang hewan Komodo yang merupakan perwujudan dari si Komo ini. Komodo adalah hewan yang menarik loh. Bukan hanya karena diwujudkan dalam karakter kartun si Komo, tapi juga karena Komodo adalah hewan endemic Indonesia yang terbilang langka.

Komodo ini juga merupakan salah satu spesies hewan purba yang masih hidup hingga sekarang loh. Agar lebih jelas, mari kita mengenal hewan Komodo ini lebih jauh lagi.

Nama

Bahasa Indonesia: Komodo
Bahasa Inggris: the Komodo Dragon
Bahasa Latin: Varanus komodoensis

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Upaordo: Autarchoglossa
Famili: Varanidae
Genus: Varanus
Spesies: V. komodoensis

Lama Hidup

Komodo dalam bertahan hidup hingga lebih dari 50 tahun

Makanan Komodo

Komodo adalah hewan karnivora yakni hewan pemakan daging. Kebanyakan komodo memangsa hewan –hewan lain seperti :

  • Aneka jenis avertebrata,
  • reptil lain (termasuk komodo yang bertubuh lebih kecil)
  • burung dan telur burung
  • mamalia kecil
  • monyet
  • babi hutan
  • kambing
  • rusa
  • kuda
  • kerbau.

Terdadang, komodo juga memangsa manusia dan juga mayat yang digali dari dalam lubang makam yang dangkal. Untuk komodo yang masih muda, mereka seringkali juga memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil.

Ciri –ciri Komodo

  • Berat tubuh komodo jantan → hingga 90 kg
  • Berat tubuh komodo betina → kurang dari 50 kg
  • Panjang tubuh komodo jantan → hingga 2 m
  • Panjang tubuh komodo betina → kurang dari 2 m
  • Memiliki mulut yang berlendir
  • Tidak memiliki indra pendengaran

Cara Reproduksi Komodo:

Komodo mengalami musim kawin antara bulan mei dan agustus. Kemudian, komodo akan bertelur sekitar bulan September. Selama musim kawin, komodo jantan akan saling bertempur dengan cara bergulat demi mempertahankan betina serta teritorinya,

Komodo –komodo jantan saling bergulat dengan cara berdiri di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh lalu terkunci di atas tanah. Menariknya, ketika mereka bersiap untuk bertempur, komodo –komodo ini terkadang muntah atau pun buang air besar.

Komodo jantan yang memenangkan pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh komodo betina untuk membuat si betina menerimanya. Komodo betina memiliki sifat antagonis yang senang melawan menggunakan gigi dan cakarnya selama awal fase berpasangan. Berikutnya, komodo jantan harus dapat mengendalikan betina sepenuhnya agar selama proses pembuahan tidak ada yang terluka.

Ketika proses pembuahan berlangsung, komodo jantan sering menunjukkan perilaku khas dengan menggosokkan dagu mereka pada tubuh si betina, garukan keras di atas punggung, dan menjilat.

Proses kopulasi terjadi ketika komodo jantan memasukkan salah satu hemipenisnya ke dalam kloaka komodo betina. Komodo memiliki sifat yang langka dimiliki oleh golongan kadal lainnya, yakni berupa sifat monogamus dan membentuk “pasangannya”

Jika proses pembuahan berhasil, komodo betina akan bertelur. Telur –telur ini diletakkan pada lubang di tanah, tebing bukit atau pada gundukan sarang burung gosong berkaki jingga yang telah ditinggalkan.

Komodo lebih senang menyimpan telur -telurnya dalam sarang yang telah ditinggalkan. Biasanya, satu sarang komodo dapat berisi telur hingga 20 butir. Telur –telur ini akan menetas setelah 7 hingga 8 bulan.

Komodo betina akan mengerami telur –telurnya dengan cara berbaring di atasnya. Ia akan melindungi telur –telur itu sampai menetas sekitar bulan April. Biasanya, telur ini akan menetas bersamaan dengan akhir musim hujan di saat ada banyak serangga.

Bagi anak komodo yang baru akan menetas, proses penetasan ini adalah usaha yang sangat melelahkan. Bayi –bayi komodo harus berusaha keluar dari cangkang telur dengan cara menyobeknya menggunakan gigi telur. Jika pekerjaan berat ini selesai, gigi telur komodo pun akan tanggal.

Bayi komodo yang sukses menyobek kulit telur akan berbaring di atas cangkang telur mereka untuk beberapa jam. Selanjutnya, mereka akan menggali keluar dari sarang mereka. Bayi –bayi komodo yang baru menetas ini sangat lemah tak berdaya sehingga sangat mudah dimangsa oleh predator.

Untuk itu, banyak komodo muda yang menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon. Atas pohon adalah tempat yang relatif aman dari predator, termasuk dari komodo dewasa yang bersifat kanibal.

Komodo –komodo dewasa mendapatkan 10 persen dari makanannya dari biawak –biawak muda atau komodo muda yang berhasil diburunya. Untuk tumbuh dewasa, komodo membutuhkan sekitar 3 hingga 5 tahun.

Proses reproduksi komodo juga bisa dilakukan dengan cara yang lain. Beberapa komodo betina dapat melakukan reproduksi dan menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan. Proses ini dinamakan parthenogenesis. Fenomena ini juga dapat dialami oleh beberapa jenis reptile lain seperti pada Cnemidophorus.

Keunikan komodo

  • Kemampuan penglihatan komodo sangat hebat karena jarak pandangnya sampai 300 meter. Hanya saja, retina komodo yang berupa sel kerucut membuat penglihatannya kurang baik saat gelap.
  • Komodo bisa membedakan warna, tapi tidak cukup mampu membedakan objek yang bergerak dan diam.
  • Komodo dapat menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli. Komodo menggunakan indera vomeronasal dengan memanfaatkan organ Jacobson. Kemampuan ini dapat membantu navigasinya ketika gelap.
  • Komodo punya kebiasaan menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan. Kebiasaan ini serta dengan bantuan angin, komodo dapat dengan mudah mendeteksi keberadaan daging bangkai hingga sejauh 4 sampai 9.5 kilometer.
  • Komodo mempunyai lubang hidung, tapi bukan merupakan alat penciuman yang baik karena tidak adanya sekat rongga badan.
  • Komodo tidak punya indra perasa di lidahnya. Ia hanya mempunyai sedikit ujung-ujung saraf perasa yang terletak di bagian belakang tenggorokan.
  • Komodo mempunyai sisik yang beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang.
  • Komodo punya sensor yang terhubung dengan saraf yang membuatnya peka terhadap rangsang sentuhan.
  • Sisik komodo di sekitar telinga, bibir, dagu serta tapak kaki terdapat tiga sensor rangsangan atau lebih.
  • Komodo memiliki bisa dan bakteri di dalam air liurnya yang bersifat mematikan.

Simak juga: Tarantula – Laba-Laba Unik Berbulu yang Banyak Digemari

Konservasi Komodo

Biawak komodo termasuk spesies yang rentan punah. Komodo juga telah ditetapkan spesies Rentan pada daftar IUCN Red List.

Jumlah komodo yang masih hidup di alam liar, diperkirakan sekitar 4000 hingga 5000 ekor. Populasi komodo ini terbatas dan hanya menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan Flores (kemungkinan hingga 2.000 ekor).

Konservasi untuk biawak komodo mulai didirikan oleh pemerintah Indonesia tahun 1980. Kala itu, komodo betina yang produktif dan dapat berkembang biak jumlahnya sangat sedikit. Karenanya, dibentuklah Taman Nasional Komodo yang bertujuan untuk melindungi populasi komodo serta ekosistemnya. Taman Nasional Komodo ini dibuat di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar.

Beberapa tahun terakhi, pemerintah juga menempatkan Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo. Komodo –komodo yang hidup dalam lingkungan konservasi ini kemudian mulai terbiasa dengan kehadiran manusia.

Para komodo ini terbiasa diberi makan oleh manusia dengan karkas hewan ternak sebagai bagian dari atraksi untuk menarik turis di beberapa lokasi kunjungan di Taman Nasional Komodo.

Walau pun komodo telah terbiasa dengan kehadiran manusia, namun komodo tetaplah hewan liar. Komodo memang jarang diketahui memangsa manusia. Tapi, kejadian ini pernah terjadi di tanggal 4 Juni 2007. Kala itu, seekor komodo menyerang seorang anak lelaki berusia delapan tahun.

Anak ini meninggal karena pendarahan hebat dari luka –luka yang dialaminya akibat gigitan komodo. Walau demikian, tragedi ini merupakan catatan pertama dari serangan komodo yang berakibat kematian selama tiga hingga empat dekade terakhir.

Habitat Komodo di Pulau Komodo

Telah disebutkan bahwa komodo merupakan hewan endemik Indonesia yang juga telah mendapatkan tempat konservasi di beberapa wilayah di kepulauan Nusa Tenggara. Salah satu wilayah yang terkenal dan identik dengan komodo ini adalah Pulau Komodo.

Pulau yang berada di kawasan kepulauan Nusa Tenggara ini merupakan salah satu dari kawasan Taman Nasional Komodo yang juga dikelola Pemerintah Pusat Indonesia. Letakknya, ada di sebelah timur Pulau Sumbawa, dipisahkan oleh Selat Sape.

Pulau komodo secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau ini juga merupakan ujung paling barat dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di Pulau Komodo inilah, biawak komodo hidup dan berkembang biak dengan baik.

Fakta lain tentang Komodo

Masih ingat kalau komodo adalah hewan yang rentan punah bukan? Karenanya, tak heran kalau CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, termasuk kulit komodo serta produk-produk lain dari hewan ini adalah illegal.

Fakta lain tentang komodo yang unik dan perlu diketahui adalah anggapan bahwa hewan ini adalah tuli. Banyak pihak yang menyebutkan dan percaya bahwa komodo tidak memiliki indera pendengaran.

Anggapan ini lantaran rangkaian penelitian yang dilakukan oleh para peneliti mengenai komodo. Para peneliti melakukan tes bisikan, suara hingga teriakan terhadap komodo. Mereka menemukan bahwa suara –suara ini dari yang lirih hingga keras tidak mengakibatkan agitasi atau gangguan pada komodo liar.

Namun, anggapan ini terbantah ketika seorang karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor sukses melatih biawak komodo ini untuk keluar makan dengan menggunakan suaranya. Bahkan, ia bisa memanggil komodo ketika ia sendiri tidak terlihat oleh si biawak komodo ini.

Fakta lain tentang komodo berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Melbourne, Australia di akhir tahun 2005, dapat disimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lain termasuk Komodo, kemungkinan memiliki semacam bisa. Hal ini digunakan untuk mempertegas anggapan yang selama ini menyebutkan bahwa luka –luka komodo hanya rawan infeksi karena adanya bacteria yang berkembang biak di dalam mulut komodo.

Namun, penelitian tersebut membuktikan bahwa sebetulnya, terdapat efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan komodo yang disebabkan oleh masuknya bisa atau toksin dengan kekuatan menengah.

Penelitian dilakukan terhadap luka-luka di tangan manusia yang diakibatkan oleh gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris serta komodo. Semuanya ternyata menunjukkan reaksi serupa, yakni terjadi pembengkakan secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal pembekuan darah, serta rasa sakit yang mencekam sampai ke siku, disertai dengan beberapa gejala yang bertahan selama beberapa jam berikutnya.

Para peneliti pun sukses mengambil bisa yang amat beracun dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura (lihat juga: Profil Lengkap Negara Singapura). Bisa inilah yang kemudian semakin meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo.

Selain bisa, hal lain yang membuat gigitan komodo amat berbahaya adalah adanya aneka bakteri mematikan di dalam air liur komodo tersebut. Setidaknya, ada lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif.

Bakteri yang hidup dalam air liur ini dapat menyebabkan septikemia pada korbannya. Gigitan komodo memang dianggap sangat mengerikan. Apabila tidak langsung mati karena bisa dan kehabisan darah, maka korban gigitan komodo biasanya akan mati  dalam waktu satu minggu akibat infeksi yang dialaminya.

Bakteri paling mematikan yang hidup dalam air liur komodo ini adalah bakteri Pasteurella multocida. Bakteri yang sangat mematikan ini diketahui melalui percobaan yang dilakukan dengan tikus laboratorium.

Menariknya, komodo kebal terhadap mikrobanya sendiri. Karenanya, banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari tahu molekul antibakteri apa yang ada di dalam tubuh komodo ini dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.

Referensi:

1. http://www.iucnredlist.org/details/22884/0
2. http://www.arkive.org/komodo-dragon/varanus-komodoensis/
3. Gambar: http://www.komodo.travel/
*Penulis: Hasna Wijayati