KEMULIAAN KHADIJAH BINTI KHUWAILID

KEMULIAAN KHADIJAH BINTI KHUWAILID

Khadijah adalah teladan utama diantara para teladan wanita di dunia. Seorang wanita berwawasan luas, berakhlak mulia, suci dan terhormat. Sukses dalam dunia bisnis tidak membuatnya sombong. Justru Khadijah dikenal sebagai wanita yang dermawan.

Sebagai wanita yang berasal dari keturunan yang mulia juga kaya raya, seringkali Khadijah menjadi tujuan tertinggi para pemuka Quraisy. Banyak pemuda Quraisy yang berdatangan untuk melamar Khadijah. Namun, tidak satupun pemuda yang berhasil meminang saudagar kaya ini.  Tujuan mereka bukanlah Khadijah melainkan hartalah yang menjadi fokus utama.

Mengingat kembali memori perjalanan rumah tangga Khadijah, bahwa ia sudah pernah beberapa kali menikah. Suami pertamanya adalah Abu Halah bin Zararah At-Tamimi. Dan kemudian mereka dipisahkan oleh maut yang menjemput suaminya lebih dulu. Pernikahan selanjutnya yakni dengan Atiq Bin Abid bin Abdullah Al-Makhazumi. Sama dengan pernikahan sebelumnya tidak berlangsung lama pula. Akhirnya mereka berpisah dan Khadijah kembali hidup sendiri tanpa seorang suami.

Pada saat usianya mencapai 40 tahun, Khadijah kembali menemukan tambatan hatinya. Seorang laki-laki yang berusia 15 tahun jauh lebih muda darinya. Ia adalah Muhammad bin Abdullah. Pemuda yang tidak memiliki pangkat dan harta sebanyak Khadijah. Namun, perangai jujur dan amanah membuat Khadijah bersedia menikah dengannya.

Matahari Turun dari Langit Mekah

Malam hari setelah melaksanakan thawaf di Ka’bah, Khadijah bergegas membaringkan badannya diranjang. Dan kemudian tertidur lelap. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat matahari yang begitu besar turun dari langit Mekah dan kemudian menetap dirumahnya. Kilau cahaya matahari menutupi setiap sudut rumahnya.

Khadijah pun terbangun dari mimpinya. Masih terbawa dengan apa yang dilihat dalam mimpinya, Khadijah menatap seluruh sudut kamarnya yang ternyata langit masih gelap. Dengan suasana hati yang tidak tenang, keesokan harinya ia mendatangi rumah putra pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal untuk meminta menafsirkan apa arti dari mimpinya semalam.

Tiba dirumah pamannya, Khadijah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Khadijah duduk sembari menceritakan mimpinya semalam. Selesai mendengar cerita kata demi kata yang disampaikan Khadijah, Waraqah menyampaikan bahwa datang suatu kabar gembira untuk Khadijah.

Waraqah menyampaikan akan ada cahaya kenabian yang akan masuk kerumah Khadijah dan akan diisi oleh cahaya penutup kenabian jika Allah membenarkan mimpinya. Senyum ikhlas nampak merekah dari raut wajah Khadijah. Ia berharap mimpinya akan menjadi kenyataan dan dapat menjadi sumber kebaikan untuk seluruh manusia.

Dalam penantiannya yang tak kunjung muncul cahaya penutup kenabian, akhirnya Khadijah mengambil suatu keputusan bahwa ia tidak ingin menikah lagi. Setiap pemuda yang hendak melamarnya ia tolak. Khadijah masih bersabar dan meyakini dalam hatinya bahwa ada sesuatu yang sangat luar biasa yang Allah sembunyikan untuknya.

Pertemuan dengan Rasulullah

Kaum Quraisy pada masa itu dikenal sebagai kaum para pedagang. Begitu pula Khadijah seorang pedagang wanita yang terkenal dengan dermawan. Ditengah kesuksesan bisnisnya, Khadijah selalu memperhatikan kehidupan orang-orang disekelilingnya. Dengan caranya yang terhormat, Khadijah mempekerjakan mereka, meminjamkan uang untuk mengembangkan usaha mereka dan memberikan upah kepada orang-orang yang ia pekerjakan.

Tidak sedikit orang-orang yang memanfaatkan kebaikan Khadijah. Atas dasar kebutuhan, seringkali banyak yang melakukan kecurangan dalam menghitung hasil perniagaan. Hingga suatu hari sampai berita kepada Khadijah tentang Rasulullah yang kesemua perangainya memenuhi sifat-sifat penutup kenabian. Kemudian Khadijah mengutus utusan agar menemui Rasulullah. Khadijah menawarkan kepada Rasulullah agar bersedia berdagang di Syam dan menerima modal darinya.

Diceritakan oleh Maisarah pelayan Khadijah, bahwa suatu ketika Maisarah melihat dua malaikat memayungi Rasulullah dari panasnya sinar matahari tatkala Rasulullah sedang menunggangi untanya. Dalam risau hatinya, Khadijah terngiang-ngiang dengan apa yang disampaikan Waraqah kepadanya. Dalam ingatannya, ia terus memikirkan Rasulullah. Seluruh cerita yang disampaikan Maisarah cukup memenuhi kriteria mimpinya.

Berbagai petunjuk yang ada ia renungkan. Antara bingung dan ragu mengenai langkah selanjutnya, Khadijah akhirnya menceritakan kegelisahan hatinya kepada sahabatnya yang bernama Nafisah binti Munabbih. Hingga suatu keputusan langkah yang diambil adalah Nafisah pergi menemui Rasulullah dan memintanya untuk menikahi wanita suci yakni, Khadijah. Akhirnya Rasulullah menyetujui keinginan Khadijah untuk menikahinya.

Suatu kabar gembira bagi Khadijah atas persetujuan Rasulullah menerima pinangannya. Dengan mas kawin dua belas setengah uqiyah berupa emas yang menjadi maharnya, akad telah terlaksana sempurna. Dalam hari bahagia Khadijah dan Rasulullah, disembelihlah hewan-hewan sembelihan dan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir.

Kehadiran Muhammad adalah jawaban atas penantian dan keyakinan akan sosok laki-laki sejati. Laki-laki sejati yang selalu mengedepankan akhlaknya. Laki-laki yang senantiasa menjunjung tinggi harga diri dan selalu mengutamakan kepentingan orang lain.

Dari pernikahan Khadijah dengan Rasulullah, lahirlah dua anak laki-laki dan empat anak perempuan. Kedua anak laki-laki itu bernama Qasim dan Abdullah. Sementara itu keempat putrinya bernama Fatimah, Ummu Kultsum, Zainab dan Ruqayyah. Kedua putranya wafat ketika masih kecil. Sedangkan dari keempat putrinya telah wafat mendahului Rasulullah kecuali Fatimah.

Kalimat Indah Milik Khadijah

Pernahkah sahabat portal-ilmu mendengar ungkapan bahwa sikap mulia itu tercermin dari setiap kalimat yang diucapkan ?  Ucapan-ucapan yang disampaikan penuh makna dan tentu benar adanya. Kita sebagai umat Rasulullah memiliki tauladan yang kedudukannya sungguh mulia. Khadijah adalah pemilik kalimat indah itu. Setiap kalimat yang ia ucapkan adalah suatu kebenaran dan mendatangkan ketenangan bagi siapa saja yang mendengarnya.

Bertemu dengan Khadijah adalah sebaik-baiknya tempat untuk menemukan ketenangan. Ditengah rasa ragu dan resah menyelimuti hati Rasulullah, Khadijah selalu memberikan semangat dan meyakinkan atas tugas mulia yang diamanahkan kepada Rasulullah.

Dalam karangan Syaikh Mahmud Al-Mishari, Khadijah menyampaikan kalimat indah dengan penuh keyakinan kepada Rasulullah, “ Engkau tidak akan lemah wahai Abu Qasim, untuk melaksanakan kewajiban-kewajibanmu untuk menyampaikan perintah ilahi, karena Allah sendiri yang memilih dan mengkhususkanmu untuk tugas itu. Dia Maha Tahu saat Dia membuat Risalah Nya. ”

Ketika Rasulullah mengasingkan diri di Gua Hira untuk beribadah sepanjang malam, Rasulullah menceritakan kepada Khadijah bahwa telah datang suatu kebenaran. Dalam ceritanya, Rasulullah didatangi malaikat dan mengatakan kepada Rasulullah, “ Bacalah! ” kemudian Rasulullah menjawab bahwa ia tidak bisa membaca.

Untuk yang kedua kalinya malaikat mendatangi Rasulullah dengan perkataan yang sama, pun juga Rasulullah menjawab dengan kalimat yang sama. Dan yang ketiga kalinya, malaikat memeluk Rasulullah dan kemudian melepaskannya dengan sembari mengucapkan kalimat yang sama seperti pertama kali malaikat mendatangi Rasulullah.

Kemudian Rasulullah pulang dengan tubuh gemetar menemui Khadijah, dan berkata, “Selimuti aku, selimuti aku ! ” Khadijah pun langsung bergegas menyelimuti Rasulullah. Kemudian Rasulullah berkata kepada Khadijah, “ Apa yang terjadi denganku ? ” Lalu beliau memberitahukan kabar kepadanya, kemudian beliau berkata, “ Aku mengkhawatirkan diriku.” Dengan kalimat indahnya Khadijah berkata, “ Tidak. Bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Engkau selalu menyambung tali sillaturrahmi, jujur dalam berkata, menanggung beban, memberi kepada orang yang tak berpunya, memuliakan tamu dan membela kebenaran. ”

Terlihat jelas atas keagungan pemahaman Khadijah. Terlintas dalam setiap kata yang diungkapkan begitu tertata indah. Dengan cerdasnya, ia mengambil hikmah atas peristiwa yang menimpa Rasulullah.

Kedudukan Mulia Khadijah

Khadijah adalah,

Wanita pertama yang dinikahi Rasulullah

Wanita pertama yang mengimani Rasulullah

Wanita pertama yang shalat bersama Rasulullah

Orang pertama yang diberi kabar gembira dengan surga dikalangan istri-istri Nabi

Orang pertama yang mendapatkan salam oleh Rabb Nya

Wanita jujur pertama dikalangan orang-orang mukmin

Istri Nabi yang pertama kali wafat

Kuburan pertama yang Nabi SAW turun ke dalam kuburnya di Mekah

Rangkaian keutamaan - keutamaan berikut disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir mengenai Khadijah. Potret sejarah membenarkan mengenai benar adanya hal tersebut. Khadijah adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah. Dalam pernikahannya, Khadijah bersama Rasulullah hidup bahagia penuh berkah. Khadijah menjadi satu-satunya istri Nabi yang tidak dimadu.

Disaat orang lain mengkufuri Rasulullah, Khadijah orang pertama yang membenarkannya. Khadijah telah menjalankan peran sebaik-baiknya peran istri. Dimana seorang istri dapat menjadi sandaran bagi suami ketika orang-orang mendustakannya. Senantiasa menghormati keputusan-keputusan Rasulullah . Apa yang datang kepada Rasulullah adalah suatu kebenaran sehingga ia mengimaninya.

Dalam kitab Al-Ishabah karangan Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Khadijah mengatakan, “Aku bersaksi bahwa anda adalah utusan Allah.” Ungkapan tersebut ditujukan kepada Rasulullah. Sebelum kalimat itu terlontar dari bibir Khadijah, Rasulullah menyampaikan perihal bahwasannya Jibril telah mengajarkan bagaimana cara shalat. Kemudian Khdijah meminta Rasulullah untuk memperlihatkan apa yang diajarkan Jibril padanya. Akhirnya Khadijah mengambil wudhu dan bergegas melaksanakan shalat bersama Rasulullah.

Khadijah adalah orang pertama yang mendapatkan salam oleh Rabb Nya. Dari Anas, ia berkata, “Jibril berkata, “ Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah ra.”  Kemudian Khadijah menjawab, “ Sesungguhnya Allah adalah yang Maha Pemberi Selamat dan semoga keselamatan menyertai Jibril, dan semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah selalu menyertaimu.”

Dalam kesehariannya Khadijah dikenal sebagai wanita yang jujur dan tepercaya. Tidak sedikit dari kaumnya yang berdatangan untuk meminta pertolongan kepadanya. Disamping itu dalam menghadapi masa-masa sulit bersama Rasulullah, ia senantiasa setia berpihak pada Rasulullah. Untaian kalimat kejujuran menjadikannya tempat kembali bersandar Rasulullah.

Sebelum Muhammad diangkat sebagai Rasul, ia sangat bersemangat menyampaikan risalah Rasulullah. Harta dan jiwa ia korbankan untuk mendukung dakwahnya. Pahit manis di medan dakwah telah ia rasakan. Pedihnya perlawanan kaum musyrikin ia terima dengan hati lapang. Justru ia masih senantiasa menaruh harapan bahwa cahaya kebangkitan Islam akan hadir memberikan keberkahan untuk seluruh umat manusia.

Ketika kemenangan kaum muslim hadir, Khadijah pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Khadijah istri tercinta Rasulullah wafat. Satu-satunya wanita yang tidak dapat Rasulullah lupakan untuk selamanya. Perjalanan dakwah Khadijah begitu memukau bagi siapa yang hendak memahami.

Lembaran sejarah Khadijah adalah teladan.

Dalam perjalanan bisnisnya ia mengajarkan arti sebuah kedermawanan, kejujuran dan sikap amanah dalam berdagang.

Dalam perannya sebagai seorang perempuan ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesuciannya. Kecerdasannya, ia gunakan dengan penuh kehati-hatian, tidak gegabah dalam menemukan sebuah solusi atas permasalahan yang dihadapi.

Dalam perannya sebagai seorang istri, ia mencontohkan sebaik-baiknya istri. Menjadi selimut kehangatan untuk Rasulullah. Istri yang mampu menghadirkan suasana ketenangan ketika beban serasa berat dipikul. Bersedia menjadi pendengar dan senantiasa mendukung keputusan-keputusan besar Rasulullah.

Dalam perannya sebagai seorang ibu, ia selalu menghadirkan pelukan kasih sayang terhadap  putra-putrinya.

Dalam perannnya sebagai sesama manusia, ia mencontohkan sikap saling meringankan dan memudahkan urusan antar sesama. Ia rela mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan orang lain.

Dalam perannya sebagai seorang hamba Allah, ia meyakini akan suatu kebenaran yang tidak ia ketahui sebelumnya.

Sumber :

  1. H.R. Muslim (2/265).
  2. Kitab Al-Ishabah karya Al-Hafizh Ibnu Hajar (4/274).
  3. Kitab Dalai’il An-Nubuwwah karya Imam Al-Baiqhi (2/70).
  4. Mahmud, Al-Mishari. 2016. Biografi 35 Shahabiyah Nabi. Terjemahan oleh Pipih Imron Nurtsani. Surakarta : Insan Kamil Solo.
*Penulis: Tiara Sari