Menjadi Tak Terkalahkan Ala Samurai Legendaris Miyamoto Musashi

Siapa sih yang tidak tau samurai? Ya, samurai adalah ahli pedang yang berasal dari negeri tirai bambu, Jepang. Di jaman digital seperti saat ini masyarakat sudah tidak bertarung menggunakan pedang. Namun, eksistensi samurai masih tetap mendunia. Banyak orang yang belajar menggunakan pedang tapi tidak untuk bertarung, melainkan sebagai salah satu olaraga dan seni. 

Eksistensi samurai yang sangat mendunia juga banyak diangkat menjadi filem layar lebar, digunakan sebagai tokoh dalam gaming, ditulis menjadi sebuah buku, dan komik. Seakan tidak lekang dimakan jaman. 

Dalam sejarah Jepang, ada seorang samurai legendaris yang tak terkalahkan dalam puluhan kali pertarungan. Siapakah dia? Ya, Miyamoto Musashi. Bagi pecinta animasi dan gaming pasti sudah tidak asing lagi kan dengan nama Musashi? Setidaknya Musashi pernah memenangkan lebih dari 60 duel yang terkenal di seluruh Jepang. 

Mengapa pertarungan samuai di Jepang sangat penting pada masanya? hal ini karena kekuatan menjadi hal yang sangat disegani pada masa tersebut. Pertarungan antar samurai dilakukan untuk menunjukan siapa yang lebih kuat dan siapa yang lebih hebat. Tak jarang banyak samurai yang meregang nyawa dalam duel. 

Pasti kalian bertanya-tanya, kenapa tidak menyerah saja jika sudah merasa tidak mampu melanjutkan pertarungan? Pada masa itu, harga diri dan martabat lebih penting dari hidup. Saat pertarungan, para samurai lebih memilih mati daripada melanjutkan hidup dengan rasa malu akibat kalah dalam pertarungan. Dengan kata lain, menang atau mati. 

Pada usia 16 tahun, Musashi mulai melakukan pengembaraan. Namun sebelum itu, ia pernah bertarung melawan ahli pedang dewasa pada usia 13 tahun. Namanya Arima Kihei, seorang pengelana pedang. Pada saat itu Musashi melihat selembaran yang berisikan tantangan bertarung, Musashi pun menuliskan namanya di kertas tersebut.

Tak lama seorang pembawa pesan datang dan memberitahukan bahwa tantanganya telah disetujui Kihei. Paman Musashi yang menerima pesan tersebut terkejut dan meminta Kihei untuk membatalkan duel dengan keponakanya.  Namun Kihei mengatakan kepada paman Musashi agar Musashi meminta maaf secara langsung kepada Kihei. 

Ketika Musashi dan pamannya mendatangi Kihei untuk meminta maaf, Musashi dengan lantang berteriak menantang Kihei untuk bertarung. Kihei yang marah langsung menyerang Musashi. Namun, Musashi dengan sigap melempar Kihei hingga terjatuh. Melihat kesempatan itu, Musashi langsung mengayunkan Bokken-nya tepat di antara kedua mata Kihei hingga Kihei meninggal dunia. 

Setelah duel pertamanya, Musashi berkelana menjelajahi Jepang untuk belajar dan mempertajam kemampuan pedangnya dengan bertarung. Dalam setiap pertarungan, Musashi selalu belajar teknik baru dalam bermain pedang, atau kita biasa menyebutnya dengan learning by doing. 

Semua pertarungan tertunya membutuhkan konsentrasi, fokus, dan ketenangan jiwa untuk mememahi jalanya pertarungan. Seorang petarung juga dituntut untuk bisa membaca pergerakan lawan untuk bisa mengambil celah di setiap pergerakan lawan. Hal ini lah yang melatarbelakangi kemenangan Musashi. 

Musashi sangat pandai dalam menjaga kesetabilan emosinya, menjaga kesadaran dan fokus di dalam hidupnya. Hal yang sangat sulit dilakukan pada masa sekarang ini. Dalam kehidupannya, Musashi selalu menjadi pribadi yang mindfull  atau penuh kesadaran. Ia adalah orang yang berhasil mendidik tubuh dan pikirannya untuk menjadi seorang kesatria pedang yang tak terkalahkan sepanjang sejarah Jepang.

Selama pengembaraan, Musashi belajar banyak hal tentang hidup, yang kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul Dokkodo, buku yang berhasil ia tulis sebelum ia wafat karena kangker paru-paru. Dokkodo adalah ajaran Musashi yang berisikan bagaimana menjadi manusia yang tak terkalahkan dalam hidup, bagaimana menjadi manusia yang fokus dan bagaimana menjalahi hidup sebagai seorang pemenang. Musashi menuliskanya dalam 21 aturan dalam hidup. 

Dalam bukunya, Musashi menekankan beberapa point yang relevan dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan pada masa sekarang ini. Ada tiga poin yang paling ditekankan dalam buku Dokkodo. 

Yang pertama adalah menerima keadaan.  Dalam bukunya Musashi mengatakan “terimalah keadaan sesuai kenyataan”. Yang kedua adalah mengendalikan hawa nafsu, karena menurut Musashi manusia yang selalu menggunakan hawa nafsu dalam setiap pilihannya akan berakhir pada kegagalan. Yang terakhi adalah bertanggung jawab atas diri sendiri. Ya, dalam hidup menurut Musashi semua akan berakhir ada diri kita sendiri, tidak ada orang lain yang benar-benar bisa bersama diri kita kecuali diri kita sendiri. 

Begitulah pelajaran dari kisah samurai legendaris Miyamoto Musashi. Banyak hal yang bisa kita ambil dari pemikiran dan filosofi kehidupan Musashi yang masih relevan pada saat ini. Miyamoto Musashi mengajarkan cara menjadi tak terkalahkan dengan berbagai prinsip dan tekatnya. Semoga cerita ini membangun diri kita agar lebih positif dalam menjalani hidup. 

Referensi:

  • SatuPersen. 2021. Filosofi Dokkodo (Cara Menjalani Hidup Penuh Kesadaran), diakses dari https://www.awinsider.com/watch?id=YXdWaWRZWGRXYVdRelgxRTBYM1pRU0UwNU9HRjNWbWxr
  • Utomo, Adi Priyatno. 2018. Biografi Tokoh Dunia: Miyamoto Musashi, Ahli Pedang Legendaris Jepang, diakses dari https://internasional.kompas.com/read/2018/06/13/23590011/biografi-tokoh-dunia--miyamoto-musashi-ahli-pedang-legendaris-jepang?page=all

*Penulis : Lailatul Lufiah