Konferensi Asia Afrika: Latar Belakang, Tujuan, Hasil

Konferensi Asia Afrika (KAA) atau yang juga dikenal dengan Konferensi Bandung merupakan suatu pertemuan yang berisikan negara-negara di kawasan Benua Asia dan Benua Afrika. Konferensi Asia Afrika berlangsung di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955. Ketua penyelenggara Konferensi Asia Afrika yaitu P.M. Ali Sastroamidjodjo dan dibuka oleh Presiden Soekarno. 

Konferensi Asia Afrika: Latar Belakang, Tujuan, Hasil

A. Latar Belakang Adanya Konferensi Asia Afrika

Berakhirnya Perang Dunia II tak lantas menjadikan dunia yang damai melainkan dunia terpecah menjadi 2 bagian yaitu Blok Barat yang berisikan negara yang berpaham liberal dan Blok Timur yang berisikan negara yang berpaham komunis dimana kedua blok tersebut saling berebut dalam memberikan pengaruhnya ke negara-negara lain.

Terdapat juga ketegangan dalam politik dunia dimana disebabkan karena adanya imperialism di kawasan Asia dan Afrika seperti Vietnam, Aljazair, Tunisia, dan Maroko. Selain itu, ada juga negara yang telah merdeka namun masih mengalami sisa-sisa dari imperialism seperti Indonesia dengan Irian Barat, India dan Pakistan mengenai Kashmir, dan beberapa negara Arab mengenai Palestina.

Melihat kondisi yang tidak stabil tersebut, Indonesia sebagai negara yang anti penjajahan dan bersikap netral memprakarsai suatu konferensi yang dinamai dengan Konferensi Asia Afrika dari sebelumnya terdapat Konferensi Colombo pada tanggal 28 April 1954 yang didalamnya terdapat gagasan mengenai pertemuan antar negara di Asia-Afrika. 

Konferensi Asia Afrika juga terjalin akibat adanya perasaan senasib antar negara-negara di Asia-Afrika pasca Perang Dunia II. Serta adanya peningkatan dimana negara terjajah ingin memperoleh kemerdekaannya. Sementara itu, negara-negara berkembang terdorong untuk mencari jalan keluar dalam membantu meredakan ketegangan dan menciptakan perdamaian dunia.   

B. Tujuan Konferensi Asia Afrika

Tujuan dari diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika yaitu:

  1. Membangun kekuatan tandingan untuk menengahi Perang Dingin.
  2. Melakukan promosi dekolonialisasi baik oleh Blok Barat maupun Blok Timur.
  3. Menyelesaikan sengketa antar negara.
  4. Melakukan kerjasama yang bersifat positif.
  5. Untuk memperjuangkan kedaulatan negara-negara Asia Afrika.
  6. Melawan radikalisme imperialism dan rasialisme.

C. Negara yang Terlibat dalam Konferensi Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika dipelopori oleh lima negara yaitu:

  1. P.M. Ali Sastroamidjojo dari Indonesia.
  2. Muhammad Ali Bogra dari Pakistan.
  3. U Nu dari Burma.
  4. Jawaharlal Nehru dari India.
  5. Sir John Kotelawala dari Ceylon (SriLanka).

Sementara itu, dalam konferensi tersebut terdiri dari 30 negara termasuk lima negara pelopor yang meliputi:

   
Afghanistan   
   
Jepang   
   
Sudan    
   
Arab Saudi   
   
Kamboja    
   
Suriah    
   
Burma    
   
Laos    
   
Thailand   
   
Ceylon (SriLanka)   
   
Libanon   
   
Turki    
   
Republik Rakyat Tiongkok   
   
Libya   
   
Republik Demokratik Vietnam    
   
Ethiopia    
   
Mesir    
   
Republik Vietnam   
   
India   
   
Nepal    
   
Kerajaan Yaman   
   
Indonesia    
   
Pakistan    
   
Yordania    
   
Irak    
   
Filipina    
   
Brasil (Pengamat)   
   
Iran   
   
Siprus    
   
Liberia    

D. Kronologi Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika

KAA diawali dari Konferensi Kolombo kemudian adanya pertemuan lanjutan untuk pembahasan mengenai Konferensi Asia Afrika secara lebih mendetail antara Indonesia, Burma, Pakistan, dan India di bulan Desember 1954 dengan hasil kesepakatan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung.

Konferensi Kolombo dilaksanakan di gedung senat yang berada di Kolombo pada tanggal 28 April 1954 yang membahas mengenai akibat dari Perang Dingin yang menimbulkan ketegangan di kawasan Asia Afrika. Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo khawatir akan munculnya kolonialisme dan memiliki keinginan untuk melakukan perjuangan melawan kolonialisme.

Beberapa pembahasan penting yang terjadi dalam peristiwa ini adalah pelurusan bias atas kolonialisme yang biasa disematkan pada negara barat. Beberapa negara mengusulkan kritikan atas kolonialisme juga disampaikan kepada Uni Soviet, yang turut menjajah negara-negara di sekitarnya tanpa konsensus.

Selain itu, Perdana Menteri Tiongkok, Zhou Enlai juga menghadiri kegiatan ini untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul akibat besarnya populasi keturunan Cina yang tidak berkontribusi bagi negara asalnya. Zhou Enlai dan Sunario menandatangani perjanjian dwikewarganegaraan untuk menyelesaikan masalah ini.

E. Hasil Konferensi Asia Afrika

Satu hari sebelum KAA dibuka, pada 17 April 1955, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mengundang para ketua delegasi yang telah datang di Jakarta untuk membicarakan prosedur dan agenda guna melancarkan jalannya konferensi. Pembicaraan secara informal tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:

1. Ketua konferensi ialah Perdana Menteri Indonesia. 
2. Rules of procedure disusun bersama sesederhana mungkin. 
3. Keputusan tidak akan diambil melalui pemungutan suara melainkan atas dasar kata-sepakat dari seluruh peserta konferensi.
4. Sekretariat Bersama akan bertindak sebagai Sekretariat Konferensi dalam bentuk dan susunan yang sama.
5. Lima pokok acara yang akan dibicarakan ialah: 

  • Kerjasama ekonomi
  • Kerjasama kebudayaan
  • Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri (termasuk soal Palestina dan rasialisme)
  • Masalah bangsa-bangsa yang tidak merdeka (termasuk soal Irian Barat dan soal Afrika Utara). 
  • Masalah perdamaian dunia dan kerjasama internasional (termasuk tentang PBB, soal Indo-Cina, Aden dan soal pengurangan senjata pemusnah massal)

Konferensi Asia Afrika menghasilkan sepuluh prinsip penting yang disebut Dasasila Bandung. Dasasila ini memasukkan prinsip-prinsip dalam piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India saat itu. Adapun isi Dasasila Bandung yaitu:

  1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
  2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
  3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
  4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri lain.
  5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.
  6. Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
  7. Tidak mengancam dan melakukan tindak kekerasan terhadap kekerasan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
  8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun dengan cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
  9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
  10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

F. Dampak Konferensi Asia Afrika

Pertemuan dalam Konferensi Asia Afrika menghasilkan beberapa keputusan yang cukup penting seperti: 

  1. Memajukan kerja sama negara-negara Asia-Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
  2. Membantu perjuangan melawan imperialism.
  3. Menjunjung tinggi hak asasi manusia
  4. Ikut aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.

Konferensi Asia-Afrika juga menjadi titik balik dari pertemuan selanjutnya yaitu Konferensi Solidaritas Rakyat Afro-Asia di Kairo (1957), dan Konferensi Beograd (1961). Pertemuan tingkat tinggi antar negara ini kemudian menjadi bibit dari terbentuknya Gerakan Non Blok pada tahun 1979. 

Gerakan non-blok terdiri atas negara-negara yang menganggap dirinya tidak beraliansi dengan kekuatan besar apapun. Negara berkembang ini berupaya meredakan ketegangan dunia serta memelihara perdamaian dunia dari perlombaan senjata Blok Barat dan Blok Timur.

Peringatan Konferensi Asia-Afrika sendiri dilaksanakan pada tahun 2005 dan 2016 sebagai perwujudan dari pertemuan kedua dan ketiga di bawah nama KAA. Pertemuan tahun 2005 melahirkan NAASP (New Asian-African Strategic Partnership).Sementara itu, pertemuan tahun 2016 melahirkan Pesan Bandung, Deklarasi Penguatan NAASP, dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina. 

G. Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika

  1. Menjadi pemrakarsa Konferensi Asia Afrika dan menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II, yang merupakan konferensi pendahuluan dari Konferensi Asia Afrika.
  2. Indonesia adalah tuan rumah pertama penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika yang berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat
  3. Gedung Merdeka di Bandung diresmikan menjadi Museum Konferensi Asia Afrika sebagai bentuk peringatan atas peristiwa penting dan peranan besar Indonesia dalam kancah global.

Referensi 

  • https://www.studiobelajar.com/konferensi-asia-afrika/
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5983977/konferensi-asia-afrika-dan-hasil-pertemuannya-siswa-perlu-tahu
  • https://ditsmp.kemdikbud.go.id/peringatan-konferensi-asia-afrika-sebuah-pembuktian-indonesia-untuk-perdamaian-dunia/
  • https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/kaa-semangat-bandung-untuk-negara-negara-asia-afrika
  • Kamarsjah ST. Bandoro, Asia-Afrika Antara Dua Pertentangan (Jakarta: Penerbit 
  • Soeroengan, tt), hlm. 30.
  • Ali Sastroamidjojo, Tonggak-tonggak di Perjalananku (Jakarta: PT Kinta, 1974) hlm. 458-463.
  • Panitya Penulisan Sedjarah Departemen Luar Negeri, Dua Puluh Lima Tahun Departemen Luar Negeri 1945-1970 (Jakarta: Jajasan Kesedjahteraan Karyawan Deplu, 1971), hlm. 245-246.

*Penulis: Nabila Salsa Bila