Ekonomi Digital Global: Dinamika Baru dalam Hubungan Internasional
Perkembangan teknologi informasi telah membawa dunia memasuki era ekonomi digital global, yaitu sistem ekonomi yang memanfaatkan teknologi digital, internet, data, dan platform online sebagai penggerak utamanya. Transformasi ini tidak hanya mengubah pola konsumsi, transaksi, dan bisnis, tetapi juga mengubah cara negara berinteraksi satu sama lain. Dalam konteks Hubungan Internasional (HI), ekonomi digital tidak lagi sekadar isu teknologi, tetapi juga menjadi isu strategis yang berkaitan dengan kekuasaan, keamanan, diplomasi, dan persaingan global.

1. Ekonomi Digital dan Transformasi Global
Ekonomi digital global ditandai oleh meningkatnya penggunaan platform digital seperti e-commerce, fintech, kecerdasan buatan (AI), cloud computing, hingga teknologi blockchain. Karakter utama ekonomi digital adalah kemampuan untuk beroperasi tanpa batas negara (borderless), kecepatan transaksi real-time, serta ketergantungan pada data dalam jumlah besar (big data).
Perubahan ini memunculkan aktor-aktor baru yang memainkan peran penting dalam hubungan internasional, seperti perusahaan teknologi raksasa (Big Tech), penyedia layanan keuangan digital, dan perusahaan platform global. Dalam banyak kasus, perusahaan-perusahaan ini memiliki pengaruh yang hampir menyerupai kekuatan negara, terutama dalam hal kontrol data, teknologi, dan infrastruktur digital.
2. E-Commerce dan Perdagangan Digital Lintas Negara
E-commerce merupakan salah satu sektor paling menonjol dalam ekonomi digital global. Perdagangan internasional kini tidak hanya berisi ekspor-impor barang fisik, tetapi juga transaksi digital dan layanan berbasis platform.
a. Cross-Border E-Commerce
Cross-border e-commerce mengacu pada perdagangan internasional melalui platform digital. Barang dari satu negara dapat langsung dibeli oleh konsumen di negara lain melalui platform seperti Amazon Global, Alibaba, Shopee, dan lainnya. Fenomena ini mempercepat integrasi pasar global tetapi juga menimbulkan tantangan baru, seperti perbedaan regulasi, perlindungan konsumen, hingga isu keamanan.
b. Perubahan dalam Global Value Chain (GVC)
Global Value Chain kini semakin bergantung pada infrastruktur digital, mulai dari produksi, logistik, pembayaran, hingga pemasaran. Digitalisasi ini membuat rantai pasok lebih efisien, namun juga rentan terhadap isu keamanan siber dan ketergantungan pada teknologi negara tertentu.
c. Implikasi Geopolitik dalam E-Commerce
Pertumbuhan e-commerce memperbesar pengaruh perusahaan global yang mendominasi pasar digital. Persaingan regulasi antara negara—misalnya antara Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa—membentuk dinamika baru dalam diplomasi ekonomi dan politik keamanan.
3. Fintech dan Perubahan Sistem Keuangan Global
Fintech (financial technology) merupakan inovasi layanan keuangan berbasis teknologi digital. Kehadirannya mempermudah pembayaran, pinjaman, investasi, asuransi, hingga transaksi lintas negara.
a. Kategori Utama Fintech
- Payments: e-wallet, QR code, mobile banking
- Lending: P2P lending
- Insurtech: layanan asuransi digital
- Blockchain & Crypto Assets
Fintech meningkatkan inklusi keuangan dengan memungkinkan masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses bank untuk melakukan transaksi secara digital.
b. Fintech dalam Perspektif Hubungan Internasional
Fintech beroperasi dalam arena global yang penuh persaingan regulasi. Negara-negara berusaha menjaga stabilitas sistem keuangan mereka sambil tetap membuka ruang inovasi.
Beberapa konsep penting dalam konteks global:
• FATF (Financial Action Task Force)
Organisasi internasional yang menetapkan standar global untuk mencegah pencucian uang dan pendanaan terorisme. Fintech wajib mengikuti standar FATF agar transaksi digital tidak disalahgunakan.
• AML (Anti-Money Laundering)
Kebijakan dan peraturan nasional yang bertujuan mencegah pencucian uang. Setiap negara menerapkan standar AML yang berbeda, sehingga memengaruhi cara fintech beroperasi lintas negara.
• KYC (Know Your Customer)
Proses verifikasi identitas pengguna sebelum menggunakan layanan keuangan. Dalam fintech, ini berarti platform harus meminta data pengguna seperti KTP, foto wajah, atau nomor telepon.
• Cross-Border Finance
Transaksi keuangan lintas negara melalui platform digital. Perbedaan aturan hukum antarnegara menciptakan tantangan tersendiri dan sering menjadi sumber persaingan regulasi internasional.
c. Geopolitik Mata Uang Digital
Fintech juga berkaitan dengan geopolitik, terutama dengan munculnya CBDC (Central Bank Digital Currency). Contohnya, China meluncurkan e-CNY sebagai bagian dari strategi meningkatkan pengaruh globalnya, sementara AS mempertimbangkan dollar digital untuk mempertahankan supremasi ekonomi globalnya.
4. Data Sovereignty: Kedaulatan Data sebagai Isu Strategis Global
Salah satu isu paling penting dalam ekonomi digital global adalah kedaulatan data (data sovereignty). Konsep ini merujuk pada hak negara untuk mengatur bagaimana data dikumpulkan, disimpan, diproses, dan digunakan di wilayahnya.
a. Mengapa Data Sovereignty Penting?
- Keamanan nasional: data dapat menjadi target spionase digital
- Privasi warga negara
- Kemandirian ekonomi digital
- Pencegahan monopoli Big Tech
b. Standar Regulasi Data Global
Setiap negara atau blok negara memiliki pendekatan berbeda:
- Uni Eropa: menerapkan GDPR, standar privasi paling ketat di dunia.
- Tiongkok dan India: menerapkan kebijakan data localization (data harus disimpan dalam wilayah negara).
- Amerika Serikat: lebih terbuka, berfokus pada inovasi dan kebebasan pasar.
Perbedaan regulasi ini menimbulkan ketegangan dalam hubungan internasional karena data menjadi aset strategis yang diperebutkan.
c. Data Colonialism
Konsep ini menggambarkan bagaimana perusahaan teknologi global "menambang" data pengguna di negara berkembang untuk dijadikan sumber keuntungan, sehingga muncul ketidaksetaraan baru dalam ekonomi digital.
5. Tantangan dan Masa Depan Ekonomi Digital Global
Pertumbuhan ekonomi digital diperkirakan terus meningkat seiring perkembangan artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), cloud computing, dan blockchain. Namun, masa depan ekonomi digital juga ditandai oleh beberapa tantangan:
a. Fragmentasi Internet (Splinternet)
Dunia dapat terpecah menjadi beberapa blok digital yang berbeda (misalnya: model AS, China, dan UE).
b. Persaingan Standar Global
Negara-negara bersaing menetapkan standar internasional di bidang:
- data governance,
- AI regulation,
- e-commerce,
- layanan fintech.
c. Keamanan Siber
Ancaman serangan siber, pencurian data, manipulasi informasi, dan gangguan terhadap infrastruktur digital menjadi risiko serius bagi negara dan perusahaan.
d. Diplomasi Digital
Diplomasi modern menempatkan isu teknologi dan data sebagai bagian utama dari negosiasi internasional. Negara berlomba membangun kerja sama, aliansi, serta aturan global untuk memastikan keamanan dan stabilitas digital.
1. Studi Kasus E-Commerce Global: Rivalitas Amazon vs Alibaba dalam Cross-Border Trade
Pertumbuhan e-commerce global memperlihatkan dua kekuatan besar:
Amazon (AS) dan Alibaba (Tiongkok).
Bagaimana Persaingan Ini Berkaitan dengan HI?
- Amazon mewakili model Barat: logistik terintegrasi, fokus pada pasar maju, regulasi ketat.
- Alibaba membawa model Asia: marketplace terbuka, harga kompetitif, penetrasi besar ke negara berkembang.
Keduanya berlomba menguasai cross-border e-commerce, terutama di Asia Tenggara.
Dampak Internasionalnya
- Negara menjadi arena kompetisi Indonesia, Vietnam, dan Malaysia jadi pasar perebutan dua raksasa ini.
- Regulasi lokal semakin penting Indonesia misalnya menerapkan aturan batas harga barang impor via e-commerce (2023).
- Ketergantungan pada infrastruktur digital asing Marketplace, pembayaran, hingga logistik banyak dikendalikan perusahaan asing.
Pelajaran untuk mahasiswa HI
Ekonomi digital tidak hanya soal bisnis, tetapi juga geopolitik, pengaruh asing, serta diplomasi perdagangan digital.
2. Studi Kasus Fintech: Kasus Wirecard Jerman (2020) dan Dampaknya pada Kepercayaan Global
Wirecard adalah perusahaan fintech Eropa yang sempat disebut-sebut sebagai “kebanggaan Jerman.” Namun pada 2020, skandal besar terjadi: ditemukan bahwa €1,9 miliar dana perusahaan tidak pernah ada.
Mengapa ini penting dalam konteks HI?
- Wirecard beroperasi lintas negara (Asia Tenggara, Eropa, Timur Tengah).
- Regulator dari berbagai negara gagal mendeteksi penipuan keuangan.
- Kepercayaan global terhadap fintech Eropa merosot.
Kaitan dengan AML, FATF, KYC
Skandal Wirecard menunjukkan:
- lemahnya pengawasan AML,
- sistem KYC yang tidak konsisten antarnegara,
- pentingnya standar FATF untuk operasi lintas negara.
Dampak Global
- Uni Eropa memperketat regulasi fintech.
- Negara berkembang makin berhati-hati menerima investasi fintech asing.
- Muncul diskusi global tentang siapa yang harus mengawasi perusahaan fintech internasional.
Pelajaran untuk mahasiswa HI
Fintech bukan hanya soal inovasi, tetapi juga kepercayaan, governance, dan legitimasi internasional.
3. Studi Kasus Data Sovereignty: Konflik TikTok dan Amerika Serikat (2020–2024)
TikTok, milik ByteDance (Tiongkok), menjadi platform global yang mengumpulkan data pengguna dari lebih 150 negara.
Apa yang terjadi?
- AS menuduh TikTok berpotensi mengalirkan data pengguna ke pemerintah Tiongkok.
- Pemerintah AS menuntut TikTok dijual kepada perusahaan AS atau dilarang.
- Uni Eropa dan India juga memperketat regulasi terhadap TikTok.
Mengapa ini menjadi isu hubungan internasional?
1.Data sebagai aset strategis nasional
AS khawatir data warga digunakan untuk pengaruh politik, propaganda, atau intelijen.
2.Fragmentasi internet
Dunia terpecah menjadi “blok digital”—China vs AS.
3.Tekanan diplomatik
Tiongkok menyebut tekanan AS sebagai “paksaan ekonomi.”
Pelajaran untuk mahasiswa HI
Data bukan hanya isu privasi, tetapi juga isu keamanan nasional, ekonomi politik global, dan persaingan hegemonik antara kekuatan besar.
4. Studi Kasus Mata Uang Digital: China e-CNY dan Upaya Mengurangi Dominasi Dolar
Tiongkok menjadi negara besar pertama yang melakukan uji coba besar-besaran terhadap Central Bank Digital Currency (CBDC), yaitu e-CNY.
Motif Internasional China
- mengurangi ketergantungan pada USD dalam perdagangan internasional,
- memperkuat pengaruh ekonomi di Belt and Road Initiative (BRI),
- meningkatkan transparansi transaksi untuk melawan korupsi dan keuangan ilegal,
- memposisikan diri sebagai pemimpin teknologi keuangan global.
Dampaknya terhadap dunia
- Negara lain ikut mempercepat pengembangan CBDC.
- IMF dan Bank Dunia mulai merancang standar internasional CBDC.
- Negara-negara Barat khawatir e-CNY akan menjadi rival dolar.
Pelajaran untuk mahasiswa
CBDC bukan sekadar inovasi teknologi—ini bagian dari strategi geopolitik.
5. Studi Kasus Cross-Border Finance: Remittance Digital Indonesia–Malaysia
Ratusan ribu pekerja migran Indonesia di Malaysia mengirim uang ke keluarga melalui fintech seperti Wise, Remitly, dan e-wallet.
Tantangan Internasional
- regulasi berbeda antara Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia,
- biaya transaksi dari fintech global sering tidak transparan,
- verifikasi pengguna (KYC) lintas negara tidak selalu seragam,
- risiko pencucian uang jika transaksi digital tidak diawasi.
Dampak Positif
- Remittance lebih cepat, murah, dan aman.
- Pekerja migran tidak perlu lagi ke bank atau agen fisik.
Pelajaran untuk mahasiswa
Cross-border finance adalah contoh nyata bagaimana regulasi antarnegara saling berbenturan, namun tetap harus mencari titik temu demi kepentingan ekonomi warga.
Berbagai studi kasus ini membantu memperlihatkan bahwa ekonomi digital tidak berdiri sendiri. Ia terhubung dengan politik global, diplomasi digital, keamanan nasional, standar global, dan dinamika kekuasaan antara negara dan perusahaan teknologi.
Dengan memahami contoh konkret seperti TikTok–AS, Amazon–Alibaba, Wirecard, dan e-CNY, mahasiswa HI dapat lebih memahami bahwa teknologi adalah salah satu arena penting dalam hubungan internasional modern.
Ekonomi digital global bukan lagi isu teknis semata, melainkan isu strategis yang memengaruhi politik, keamanan, diplomasi, dan dinamika kekuasaan internasional. Mahasiswa Hubungan Internasional perlu memahami bagaimana teknologi, data, dan platform digital membentuk ulang tata kelola global dan menciptakan kompetisi baru antarnegara dan aktor non-negara.
Pemahaman mendalam mengenai e-commerce, fintech, dan data sovereignty tidak hanya membantu memahami ekonomi global modern, tetapi juga memberikan perspektif baru tentang bagaimana negara-negara bersaing dan bekerja sama dalam dunia yang semakin terhubung secara digital.
Daftar Pustaka
- World Bank. Regulation and Supervision of Fintech: Considerations for EMDE Policymakers. Washington, DC: World Bank. URL: https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/37345
- Financial Action Task Force (FATF). Opportunities and Challenges of New Technologies for AML/CFT. Paris: FATF / OECD, 2021. URL: https://www.fatf-gafi.org/content/dam/fatf-gafi/guidance/Opportunities-Challenges-of-New-Technologies-for-AML-CFT.pdf
- Fratini, Samuele; Hine, Emmie; Novelli, Claudio; Floridi, Luciano. “Digital Sovereignty: A Descriptive Analysis and a Critical Evaluation of Existing Models.” Philosophy & Technology (2024). URL: https://link.springer.com/article/10.1007/s44206-024-00146-7
- Falkner, Gerda; Heidebrecht, Sebastian; Obendiek, Anke; Seidl, Timo. “Digital Sovereignty – Rhetoric and Reality.” Global Policy (2024). URL: https://doi.org/10.1080/13501763.2024.2358984
- Demertzis, Maria; Lipsky, Josh. “The Geopolitics of Central Bank Digital Currencies.” Intereconomics: Review of European Economic Policy, Vol. 58, No. 4 (2023), hlm. 173–177. URL: https://www.intereconomics.eu/pdf-download/year/2023/number/4/article/the-geopolitics-of-central-bank-digital-currencies.html
- BIS (Bank for International Settlements). Central Bank Digital Currencies for Cross-Border Payments. BIS Report, 2019. URL: https://www.bis.org/publ/othp38.pdf
- Budiman, Diky; Iswati, Sri; Sitompul, Mey Krisselni. “Perkembangan Ekosistem Ekonomi Digital di Indonesia: Sebuah Kajian Literatur.” JUMINTAL: Jurnal Manajemen Informatika dan Bisnis Digital, 4(1), 2025. URL: https://journal.literasisains.id/index.php/jumintal/article/view/5130
- Purba, Devia Syahfitri; Permatasari, Putri Dwi; Tanjung, Nurbaiti; Rahayu, Putri; Fitriani, Rewi; Wulandari, Sari. “Analisis Perkembangan Ekonomi Digital dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.” Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 10(1) (2025). URL: https://journal.um-surabaya.ac.id/Mas/article/view/25367
- Alfikri Sahil, Nashihuddin; Riofita, Hendra. “Transformasi Ekonomi Digital dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Nasional di Indonesia.” Jurnal Pendidikan Tambusai, 9(1) (2025). URL: https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/27775
- Pitri, Yani Pitri. “Dampak QRIS terhadap Kedaulatan Digital Indonesia dan Hubungan Perdagangan Internasional.” Jurnal Bisnis, Ekonomi Syariah, dan Pajak, 2(2) (2024). URL: https://ejournal.areai.or.id/index.php/JBEP/article/view/1032
*Penulis: Andika Drajat Murdani
Posting Komentar untuk "Ekonomi Digital Global: Dinamika Baru dalam Hubungan Internasional"
Jangan lupa tinggalkan komentar, jika konten ini bermanfaat. Terima kasih.