IBNU BATUTTAH: SANG PENJELAJAH MUSLIM

Sahabat Portal-Ilmu dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang biografi salah satu tokoh terkenal dalam Islam. Beliau adalah Muhammad Abu Abdullah Bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi Ibn Batutah atau yang lebih dikenal sebagai Ibnu Batutah. Ibnu Batutah merupakan seorang petualang, pengelana, sang penjelajah  dunia. Separuh dari umurnya dihabiskan untuk menjelajahi dunia. Selama 30 tahun perjalanannya, Ibnu Batutah telah mengunjungi Afrika Utara dan Barat, Eropa Selatan dan Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Cina hingga Indonesia. Kisah perjalanannya ini ia abadikan dalam buku yang diberi judul Rihlah Ibnu Batuta (Perjalanan Ibnu Batuta).

IBNU BATUTTAH

Nah, untuk lebih jelasnya mengenai biografi sang penjelajah muslim ini alangkah baiknya kita simak informasinya dalam artikel di bawah ini!

PROFIL IBNU BATUTAH

Muhammad Abu Abdullah bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi Ibn Batutah atau yang dikenal dengan nama Ibnu Batutah lahir di Maroko pada 24 Februari 1304. Ibnu Batutah berasal dari keturunan keluarga Berber yang mayoritas keluarganya berkecimpung di dunia kehakiman. Berbeda dengan keluarganya, setelah belajar mengenai hukum islam Ibnu Batuttah justru enggan mengikuti jejak keluarganya yang kebanyakan menjadi hakim tersebut. Ibnu Batutah memilih menjadi seorang petualang, lebih dari separuh usianya ia gunakan untuk menjelajahi dunia. 

Hampir seluruh tempat di dunia pernah dikunjungi oleh Ibnu Batutah, termasuk Indonesia. Jiwanya sebagai petualang memang sudah tidak diragukan lagi. Dalam beberapa perjalanan yang berbahaya juga pernah ia lalui. Perjalanannya diawali ketika usianya masih 21 tahun. Ibnu Batuttah melakukan perjalanan menuju Kota Mekkah untuk mengunjungi baitullah dan makam Nabi Muhammad SAW. 

Perjalanan tersebut merupakan perjalanan individu, artinya tanpa teman tanpa sahabat dan hanya seorang diri. Sejak menempuh perjalanan ke Kota Mekkah tersebut atau sekitar tanggal 14 juni 1325 ia tidak pernah kembali lagi ke kota kelahirannya, kurang lebih selama 24 tahun lamanya. Ibnu Batutah kembali ke kota kelahirannya setelah melakukan penjelajahan di Cina.

MISI PERJALANAN IBNU BATUTAH

Tujuan dari perjalanan atau penjelajahan yang dilakukan oleh Ibnu Batutah tidak hanya untuk misi petualangan saja. Namun, ia juga mengedapankan misi agama, yaitu berdakwah. Ibnu Batutah sering melakukan syiar islam terutama di negara-negara yang minoritas muslim. Dakwah yang dilakukan oleh Ibnu Batutah sangat unik. Tidak melalui ceramah, Ibnu Batutah membawakan ajaran islam justru melalui perdagangan atau kerja sama. 

Dalam penjelajahannya ini, Ibnu Batutah juga mempelajari berbagai budaya di tempat atau negara yang ia singgahi. Sehingga, tidak heran ketika sang pengelana ini kembali ke tempat kelahirannya membawa segudang cerita yang seru dan menarik. Bahkan, pada masa itu Sultan Maroko yan berkuasa, yaitu Sultan Fez, meminta juru tulis untuk menulis kisah perjalanan Ibnu Batutah ini. Kisah perjalanannya dituangkan dalam buku yang berjudul “Rihlah Ibnu Batutah”.

CATATAN PERJALANANNYA BERJUDUL “RIHLAH”

Buku Rihlah Ibnu Batutah berisi tentang catatan dan kisah perjalanan Ibnu Batutah. Dalam buku ini, Ibnu Batutah menceritakan berbagai hal dan pengalaman yang ia jumpai selama melakukan penjelajahan dunia. Dalam catatan ini, dideskripsikan mengenai sultan, syeikh, budaya dan masayarakat di setiap tempat dan negara, juga tentang sejarah berdirinya suatu negara. Dalam perjalanannya Ibnu Batutah juga menceritakan tentang pertemuannya dengan Sultan dari Kerajaan Samudera Pasai, yakni Sultan Malik Az Zahir.

George Sarton, sejarawan dari Barat menyatakan bahwa penjelajahan Ibnu Batutah lebih panjang dibandingkan penjelajah Eropa, bahkan melampaui jarak perjalanan Marcopolo maupun Colombus. Tercatat Ibnu Batutah telah melakukan perjalanan darat dan laut sejauh 120 ribu kilometer. Terdapat kurang lebih 44 negara yang sudah ia kunjungi. Pencapaian tersebut menjadikan Ibnu Batutah dikenal sebagai penjelajah muslim yang tak tertandingi.

Dalam buku rihlah atau catatan perjalanan Ibnu Batutah ini, ia juga menceritkan tentang politik, perang, perbudakan, perdagangan, budaya kuliner, seks dan gender, transportasi, ritual-ritual keagamaan, serta berbagai hal remeh-temeh. Ia melihat jalur perdagangan emas, gading, rempah-rempah, unta, dan budak di Afrika Barat. Budaya kawin-mawin dan tata cara berpakaian penduduk Maladewa yang baru masuk Islam juga ia saksikan. Ibnu batutah juga menjelajahi rute Samudra Hindia yang menjadi kunci perdagangan, pertukaran kebudayaan, dan lalu-lintas penyebaran agama. Ibnu Batutah juga pernah singgah di Tiongkok, ia tiba di Tiongkok pada masa-masa kejayaan Dinasti Yuan.  

PERNAH SINGGAH KE NUSANTARA

Penjelajahan Ibnu Batutah mengelilingi dunia mulai dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Cina, Asia Timur, sampai Asia Tenggara. Pada abad ke-14 Ibnu Batuttah pernah singgah di Indonesia. Ia tiba di indonesia pada masa kerajaan islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai.  

Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Batutah mendeskripsikan wilayah Samudera Pasai merupakan kota besar yang indah, dengan bangunan dinding dan kayu yang mengelilinginya. Perniagaan ketika itu masih menggunakan nilai tukar emas. Ia juga memaparkan bahwa wilayah Nusantara atau Indonesia yang ia singgahi tersebut mempunyai banyak pepohonan, seperti pohon cengkeh, jambu, kelapa, pinang dan tebu. Dalam perjalanaannya dari India hingga sampai ke pesisir nusantara, ibnu batuttah membutuhkan waktu 25 hari. 

AKHIR PERJALANAN (RIHLAH) 

Setelah melakukan penjelajahan di Cina, Ibnu Batutah memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya, yaitu di Tangier, Maroko pada tahun 1349.  Namun, ketika itu kedua orang tua Ibnu Batutah telah meninggal dunia. Sehingga, ia hanya menetap sementara di kota kelahirannya tersebut. Ibnu Batutah kemudian kembali melanjutkan penjelajahannya ke Spanyol, dan dilanjutkan ke Timbuktu (bagian dari wilayah Kekaisaran Mali di Gurun Sahara).

Setelah perjalanan panjangnya tersebut ia kembali lagi ke Maroko dan menceritakan kisahnya yang ditulis dalam buku rihlah. Ibnu Batutah meninggal pada tahun 1368.

Bibliography

  • Hasibuan, S. (2018, Juli 18). Ibnu Batutah, Sang Penjelajah dari Maroko. Retrieved September 2021, from kumparan.com: https://kumparan.com/suparman-hasibuan/ibnu-batutah-sang-penjelajah-dari-maroko-27431110790548096
  • Jusuf, W. (2019, Juni 13). Ibn Battuta & Rihla: Panduan My Trip My Adventure dari Dunia Islam. Retrieved September 2021, from tirto.id: https://tirto.id/ibn-battuta-rihla-panduan-my-trip-my-adventure-dari-dunia-islam-cpsU
  • Rizal, J. G. (2021, April 20). Kisah Ibnu Battutah, Penjelajah Muslim yang Pernah Berkunjung ke Samudra Pasai. Retrieved September 2021, from kompas.com: https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/20/130000765/kisah-ibnu-battutah-penjelajah-muslim-yang-pernah-berkunjung-ke-samudra?page=all
  • Sasongko, A. (2019, Juli 6). Kala Ibnu Batutah Singgah di Nusantara. Retrieved September 2021, from Republika.co.id: https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/07/06/pu7ulb313-kala-ibnu-batutah-singgah-di-nusantara
  • Sasongko, A. (2019, April 30). Mengenal Ibnu Batutah Sang Penjelajah. Retrieved 2021, from Republika.co.id: https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/pqr7iq313/mengenal-ibnu-batutah-sang-penjelajah

*Penulis: Atik Lestari