Manusia Purba di Indonesia: Pengertian, Jenis dan Pola Perkembangannya

Sebelum masa sejarah dimulai, manusia telah lebih dulu ada. Zaman sebelum dimulainya sejarah dinamakan zaman prasejarah. Zaman prasejarah merupakan masa-masa yang menggambarkan sejarah yang didominasi peninggalan artefak arkeologis. Pada zaman ini juga belum ditemukan sumber-sumber tertulis atau bukti dipergunakannya bahasa secara luas.

Kendati demikian, manusia yang telah ada di masa prasejarah sudah memiliki aktivitas yang bersifat sosial. Aktivitas tersebut seperti mulai dari hanya melakukan perpindahan hingga menetap, berburu dan meramu, serta telah banyak menciptakan alat-alat yang semakin modern.

Manusia Purba di Indonesia: Pengertian, Jenis dan Pola Perkembangannya

Lambat laun manusia masa prasejarah mengalami banyak perkembangan dari hal sederhana hingga cerdas yang menyerupai manusia modern. Banyak ditemukannya bukti-bukti yang memperkuat adanya perkembangan dari manusia prasejarah. Bukti-bukti tersebut seperti fosil dan alat-alat yang digunakan pada masa tersebut di Indonesia. 

Artikel ini membahas mengenai pengertian manusia purba, jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia, alat-alat peninggalan manusia purba, dan pola perkembangan masa-masa manusia purba.

A. Pengertian Manusia Purba

Manusia purba disebut juga dengan “Pre-Historic People” yaitu manusia prasejarah (praaksara) yang hidup pada zaman sebelum mengenal tulisan. Manusia purba hidup di masa jauh sebelum kemunculan manusia modern yang diperkirakan muncul pada 4 juta tahun lalu. 

B. Jenis - Jenis Manusia Purba di Indonesia

1. Megantropus Paleojavanicus

Megantropus Paleojavanicus berasal dari kata “Mega” yang berarti besar, “Antropus” yang berarti manusia, “Paleo” yang berarti tua, dan “Javanicus” yang berarti Jawa. Sehingga dapat diartikan bahwa megantropus Paleojavanicus adalah manusia besar tertua dari Jawa. Manusia purba jenis ini hidup pada zaman Pleistosen awal yaitu masa awal kehidupan manusia.

Fosil ini pertama kali ditemukan pada tahun 1936-1941 oleh G. H. R. Von Koegnigswald dan Weidenrech di Sangiran, Jawa Tengah pada formasi pucangan. Adapun ciri-ciri Megantropus Paleojavanicus:

  • Tonjolan kepala tajam ke belakang
  • Kening menjorok ke depan
  • Tulang pipi tebal
  • Rahang tegap dan memiliki gigi geraham yang besar
  • Memiliki otot kunyah yang kuat dan memakan tumbuh-tumbuhan
  • Tidak memiliki tulang dagu
  • Tingginya mencapai 2,5 meter

2. Pithecanthropus Mojokertensis

Pithecanthropus Mojokertensis berasal dari kata “Pithecos” yang berarti kera, “Antropus” berarti manusia, dan “Mojokertensis” berarti Mojokerto. Sehingga dinamakan dengan manusia kera dari Mojokerto. Manusia purba ini hidup di masa Pleistosen awal dan tengah sekitar 1-1,5 juta tahun silam. 

Pithecanthropus Mojokertensis diyakini memiliki usia paling tua dibandingkan dengan jenis pithecanthropus lainnya. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G. H. R. Von Koegnigswald di Mojokerto, Jawa Timur pada tahun 1936. Adapun ciri-ciri Pithecanthropus Mojokertensis:

  • Memiliki tinggi sekitar 165-180 cm dan memiliki berat rata-rata 80-100 kg
  • Memiliki volume otak 775-975 cc
  • Batang tulang lurus dengann tempat perlekatan otot yang nyata
  • Memiliki otot penguyah dan otot tengkuk yang sangat kuat
  • Memiliki gigi geraham dan rahang yang besar
  • Bentuk kening menonjol dengan sangat tebal
  • Bentuk hidung tebal dan tidak memiliki dagu
  • Bagian belakang kepala sangat menonjol

3. Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus Erectus berasal darai kata “Erectus” yang berarti tegak sehingga diartikan dengan manusia kera yang berdiri tegak. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Eugone Dubois di lembah Bengawan Solo, Jawa Tengah pada tahun 1891. 

Adapun ciri-ciri Pithecanthropus Erectus:

  • Tidak memiliki dagu
  • Memiliki hidung yang lebar
  • Memiliki leher yang tegak
  • Memiliki rahang menonjol ke depan

4. Pithecanthropus Soloensis

Pithecanthropus Soloensis diartikan sebagai manusia kera berbadan tegak dari Solo. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G. H. R. Von Koegnigswald dan Openorth pada tahun 1931-1933 di Desa Ngandong, Jawa Tengah.

Adapun ciri-ciri Pithecanthropus Soloensis:

  • Memiliki tengkorak lonjong, tebal, dan padat
  • Memiliki rongga mata yang sangat panjang

5. Homo Wajakensis

Homo Wajakensis berasal dari kata “Homo” yang berarti manusia dan ditemukan di Wajak (Tulungagung) sehingga dinamakan “Wajakensis”. Manusia purba ini diartikan sebagai manusia dari Wajak.

Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Van Rietschoten tahun 1989 dan sekaligus menjadi fosil pertama yang ditemukan di daerah Asia. Adapun ciri-ciri Homo Wajakensis:

  • Volume otak 1630 cc
  • Memiliki tinggi sekitar 170 cm
  • Memiliki wajah datar dan lebar
  • Memiliki tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang paha, dan kening

6. Homo Florensiensis

Homo Florensiensis berarti manusia dari Flores. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood pada tahun 2003 di Flores, Nusa Tenggara. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa fosil ini merupakan nenek moyang asli Indonesia.

Ciri-ciri manusia purba Homo Florensiensis:

  • Memiliki tengkorak yang kecil
  • Memiliki tinggi rata-rata 105 sm sehingga sering disebut dengan manusia “Hobbit”
  • Memiliki dahi sempit dan tidak menonjol
  • Memiliki rahang yang menonjol 

7. Homo Soloensis

Homo Soloensis disebut dengan manusia dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth pada tahun 1931-1933 di Sangiran, Jawa Tengah.

Adapun ciri-ciri Homo Soloensis:

  • Volume otak 1000-1300 cc
  • Memiliki tinggi mencapi 210 cm

8. Homo Sapiens

Homo Sapiens disebut dengan manusia cerdas atau bijaksana. Homo Sapiens sebagai perkembangan dari jenis manusia sebelumnya serta menunjukkan bentuk yang sama dengan manusia pada masa saat ini.

Adapun ciri-ciri Homo Sapiens:

  • Volume otak bervariasi antara 1000-1450 cc
  • Otak besar dan otak kecil sudah berkembang (terutama pada bagian kulit otaknya)
  • Memiliki tinggi badan sekitar 130-210 cm dengan berat badan rata-rata 30-150 kg
  • Tulang dahi dan bagian belakang tengkorak sudah membulat dan tinggi
  • Otot tengkuk mengalami penyusutan
  • Sudah berjalan dan berdiri tegak
  • Memiliki ciri-ciri yang lebih sempurna

C. Alat - Alat Peninggalan Manusia Purba di Indonesia

1. Masa Berburu dan Meramu

Masa awal dari manusia purba yaitu berburu dan meramu. Dalam masa ini alat yang digunakan masih sederhana dan memiliki bentuk yang kasar. Kebanyakan alat yang digunakan masih dalam bentuk batu, adapun alat masa berburu dan meramu:

  • Kapak perimbas
  • Alat serpih
  • Alat tulang
  • Kapak genggam

2. Masa Bercocok Tanam

Bentuk alat-alat yang digunakan pada masa bercocok tanam jauh lebih rapi dan halus. Pada masa ini juga telah terdapat komunitas sosial yang mampu membuat alat-alat khusus untuk keperluan tertentu. Contohnya mengolah tanah, memotomg daging, menebang kayu, dan sebagainya. Alat-alat masa bercocok tanam yaitu:

  • Beliung persegi
  • Kapak lonjong
  • Alat-alat obsidian
  • Panah
  • Gerabah
  • Pemukul kulit kayu

3. Masa Perundagian

Masa perundagian juga dikenal sebagai masa mulai ditandai dengan adanya alat-alat dari logam. Dalam hal ini logam dilebur dan dibentuk kembali menjadi suatu alat. Pada masa ini juga masyarakat telah mengenal adanya pembagian kerja yang spesifik dalam suatu komunitas. 

Contoh alat-alat masa perundagian yang berhasil dibuat:

  • Nekara dan moko
  • Kapak perunggu
  • Bejana perunggu
  • Patung perunggu
  • Senjata-senjata
  • Gerabah 

D. Pola Perkembangan Masa - Masa Manusia Purba

1. Masa Berburu dan Meramu

Masa berburu dan meramu merupakan corak paling sederhana dalam kehidupan manusia purba. Pada masa ini manusia purba memanfaatkan hasil alam yang sangat terbatas. Selain itu peralatan yang digunakan masih mengandalkan dari batu, kayu, dan tulang.

Ciri-ciri kehidupan masa berburu dan meramu yaitu sebagai berikut:

a. Ciri kepercayaan

Masyarakat pada masa berburu dan meramu memiliki ciri kepercayaan dengan menyakini kepercayaan mistis terhadap benda-benda dan alam yang dianggap memiliki kekuatan spiritual. Kepercayaan pada masa ini dibagi menjadi tiga yaitu:

a.1) Animisme

Kepercayaan animisme merupakan kepercayaan terhadap benda-benda yang diyakini memiliki roh atau jiwa seperti pohon, batu, gunung, dan lainnya.

a.2) Dinamisme

Kepercayaan dinamisme merupakan kepercayaan yang meyakini bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya usaha yang telah dilakukan oleh manusia. 

Kekuatan tersebut dapat dianggap dapat menolong dan membantu mereka. Kekuataan ini biasanya terdapat di keris, jimat, dan sebagainya. Untuk meminta pertolongan dan kekuatan diperlukan adanya ritual atau tradisi tertentu.

a.3) Totemisme 

Kepercayaan totemisme merupakan kepervayaan terhadap hewan tertentu yang dianggap sacral dan memiliki kekuatan tertentu. Hewan tersebut biasanya sapi, ular, dan sebagainya.

b. Ciri sosial

Masyarakat pada masa berburu dan meramu dalam kehidupan sosialnya membentuk kelompok yang biasanay terdiri dari 10-15 orang, yang setiap kelompok memiliki pemimpin yang ditaati oleh anggotanya.

Hidup mereka nomaden atau berpindah pindah untuk memperoleh sumber daya untuk kebutuhan makan dan tempat tinggal. Ciri sosial dalam masa berburu dan meramu yaitu:

  1. Hanya mengandalkan ketrampilan berburu dan mengumpulkan makanan
  2. Hidup secara nomaden dengan kelompok kecil
  3. Cara bersosialisasi dilakukan dengan fleksibel, cair, dan tanpa sekat 
  4. Alat yang digunakan masih berbentuk batu dan kasar seperti kapak genggam, kapak batu, kapak penetak, dan sebagainya.

c. Ciri budaya

  1. Peralatan yang digunakan sebagai penunjang hidup masih sederhana seperti rakit
  2. Masyarakat masa berburu dan meramu memakan makanan mentah dan dibakar saja karena belum mengenal teknik memasak
  3. Perhiasan yang digunakan juga sederhana seperti kalung yang terbuat dari kulit kerang
  4. Tinggal di gua untuk berlindung dan selalu berpindah pindah

d. Ciri ekonomi

Masyarakat pada masa berburu dan meramu hanya mengerti istilah barter yaitu menukar barang untuk mendapatkan barang lainnya yang dibutuhkan.

e. Ciri teknologi

Teknologi yang digunakan pada masa berburu dan meramu masih sangat sederhana seperti batu yang diruncingkan yang diguanakn sebagai senjata untuk berburu. 

2. Masa Bercocok Tanam

Masa bercocok tanam ditandai dengan adanya perubahan dalam tradisi mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi mengolah makanan (food producing). Masa ini juga sering disebut dengan masa revolusi kebudayaan yang disebabkan oleh perubahan besar pada berbagai corak kehidupan. Adapun ciri-ciri dalam masa bercocok tanam yaitu:

  • Manusia dalam bertempat tinggal sudah menetap
  • Adanya perubahan dari food gathering ke food producing
  • Masyarakat sudah mengenal bercocok tanam dan beternak
  • Masyarakat sudah mengenal sistem pertukaran barang atau barter
  • Alat-alat dari batu sudah mulai diasah dan dihias
  • Adanya kebudayaan kapak lonjong dan kapak persegi
  • Masyarakat telah mengenal pakaian
  • Adanya kepercayaan animisme dan dinamisme

3. Masa Perundagian

Masa perundagian sebagai periode akhir parasejarah disebut juga dengan zaman logam. Hal ini dikarenakan pada masa ini sudah banyak masyarakat yang terampil dan menuju penyempurnaan kegiatan dalam bidang pertanian, peternakan, dan pembuatan gerabah. Adapun ciri-ciri masyarakat pada masa perundagian yaitu:

a. Ciri sosial

Masyarakat pada umumnya sudah tinggal di daerah pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai. Pemimpin masyarakat dipilih melalui pemilu dengan mempertimbangkan kemampuan dalam berinteraksi dengan roh nenek moyang. Selain itu, juga sudah adanya kelompok sesuai dengan kemampuan yang dimiliki seperti kelompok petani, undagi, pedagang, dan lainnya.

b. Ciri kebudayaan

Masyarkat sudah banyak yang menggunakan peralatan dari logam seperti kapak corong, nekara, moko, kapak perunggu, dan bejana perunggu. Selain itu, masyarakatnya juga telah mengenal teknik pembuatan gamelan, lukisan, ukiran, dan perhiasan.

c. Ciri ekonomi

Selain bercocok tanam dengan berladang, masyarakat pada masa perundagian juga telah mengolah sawah sehingga mereka dapat mengatur perekonomian dan dapat memnuhi kebutuhan di musim selanjutnya. 

Dalam bidang perdagangan, mereka memanfaatkan perahu bercadik untuk melakukan perdagangan dalam jangkauan luas hingga antar pulau dan melakukan cara bertukar barang seperti benda yang dianggap memiliki kekuatan magis. 

Referensi

  • https://www.studiobelajar.com/manusia-purba-di-indonesia/
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5784485/jenis-jenis-manusia-purba-di-indonesia-dan-ciri-cirinya
  • https://www.ruangguru.com/blog/manusia-purba-indonesia
  • https://tirto.id/ciri-ciri-kehidupan-masyarakat-praaksara-masa-berburu-dan-meramu-ghov
  • https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/01/121845879/corak-kehidupan-manusia-zaman-prasejarah?page=all
  • https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/04/110000679/kehidupan-manusia-purba-pada-masa-perundagian
  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 
  • Rahmadi, Duwi dan Suheri. (2017). Mari Mengenal Masa Prasejarah. Sukoharjo: Sindunata.

*Penulis: Nabila Salsa Bila

Bacaan lain: