Sejarah Kerajaan Singasari Lengkap

Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan Hindu-Budha yang berada di Jawa Timur. Kerajaan Singasari berdiri untuk menggantikan Kerajaan Kediri. Pada masa itu, Sri Ranggah Rajasa atau yang dikenal dengan Ken Arok menyerbu Daha serta berhasil mengalahkan Kertajaya.

Kerajaan Singasari berhasil menjadi kerajaan imperium yang kuat hingga membuat wilayahnya meluas sampai Sulawesi Selatan dan Maluku. Perluasan wilayah ini memiliki tujuan untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah dari timur.

Dalam artikel ini akan dijelaskan secara lengkap mengenai Kerajaan Singasari.

A. Sejarah Kerajaan Singasari

Berdirinya Kerajaan Singasari tidak dapat dilepaskan dari kisah pendirinya yaitu Ken Arok. Awalnya Ken Arok merupakan seorang pengawal Tunggul Ametung yang menjabat sebagai Akuwu (camat) di Tumapel.

Kemudian Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istrinya yaitu Ken Dedes. Setelah itu Ken Arok bersekutu dengan para Brahmana untuk menaklukkan Kerajaan Kediri. Upaya yang dilakukan yaitu dengan melakukan serangan ke Daha dan memaksa Raja Kertajaya menyerahkan kekuasaannya kepada Ken Arok. Hasilnya ken Arok berhasil memindahkan Kediri ke Singasari.

B. Letak Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari terletak di daerah Singasari, Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini berpusat di Kutaraja atau Tumapel. Kerajaan kemudian memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Bali, Sunda, sebagian Kalimantan, dan sebagian Sumatera.

C. Raja-Raja Singasari

1. Ken Arok (1222-1247)

Ken Arok merupakan raja pertama sekaligus menjadi pendiri Kerajaan Singasari. Ken Arok memiliki gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi. Berdasarkan sumber yang ada, Ken Arok berasal dari golongan rakyat biasa bukan dari kalangan elit. 

Ken Arok memiliki istri yang bernama Ken Dedes dan Ken Umang. Dari pernikahannya dengan Ken Dedes memiliki dua anak yaitu Anusapati dan Mahisa Wonga Teleng. Sementara, dari pernikahannya dengan Ken Umang melahirkan anak yang bernama Panji Tohjaya. Ketiga anak tersebut menjadi figur penting dalam sejarah Singasari-Majapahit.

Nama Ken Arok banyak tertulis dalam sejarah baik prasasti ataupun kitab-kitab. Adapun prasasti tersebut yaitu Prasasti Balawi, Prasasti Maribong, Prasasti Kusmala, dan Prasasti Mula Manurung. Sementara dalam kitab yaitu Kitab Pararaton dan Kitab Nagarakertagama.  

2. Anusapati (1247-1248)

Anusapati merupakan putra dari Ken Dedes dan suaminya yang dibunuh oleh Ken Arok yaitu Akuwu Tunggul Ametung. Anusapati menyimpan dendam kepada Ken Arok karena telah membunuh ayahnya. Sehingga Anusapati kemudian membunuh Ken Arok melalui perantara seorang pengalasan.

Anusapati kemudian naik tahta pada tahun 1247 dan hanya menjabat selama satu tahun. Alasannya karena rahasianya yang membunuh Ken Arok diketahui oleh anak Ken Arok yang lainnya yaitu Panji Tohjaya. Kemudian Panji Tohjaya membunuh Anusapati. 

Pembunuhan tersebut dilakukan dengan menjebak Anusapati dengan mengundangnya ke rumah Panji Tohjoyo untuk bermain sabung ayam. Akan tetapi sesampainya ia disana dibunuh dengan menggunakan Keris Mpu Gandring. Anusapati didharmakan di Kidal yang sekarang berupa Candi Kidal di Malang.

Selama masa kepemimpinan Anusapati, Kerajaan Singasari tidak mengalami banyak perkembangan. Hal ini dikarenakan Anusapati cenderung lebih suka bermain sabung ayam dibandingkan memimpin kerajaan dengan baik. 

3. Panji Tohjaya (1248)

Setelah kematian Anusapati, Panji Tohjaya kemudian naik tahta. Namun, ia menjabat kurang dari satu tahun karena saat kepemimpinannya terjadi penyerbuan di istana oleh Rajasa dan Sinelir. Dalam penyerbuan tersebut, Panji Tohjaya sempat melarikan diri ke Katanglumbang. Akan tetapi, dalam perjalanannya ia terkena luka tombak.

Oleh sebab itu, nama Panji Tohjaya tidak disebutkan dalam Kitab Negarakertagama sehingga ia tidak dianggap sebagai leluhur dari Hayam Wuruk.

4. Wisnuwardhana (1248-1268)

Rangga Wuni Wisnuwardhana menggantikan Panji Tohjaya dengan gelar Sri Jayawisnuwardhana. Dalam kepemimpinannya ia didampingi cucu Ken Arok dan Ken Dedes yaitu Mahisa Campaka.

Wisnuwardhana memimpin cukup lama sekitar 20 tahun. Ia juga mewariskan tahta langsung kepada anaknya yaitu Kertanegara. Nama Wisnuwardhana tertuang dalam Kitab Pararaton dan Kitab Nagarakertagama dan Prasasti Tembaga di Kedu.

5. Kertanegara (1268-1292)

Kertanegara menjadi raja terakhir di Kerajaan Singasari. Berkat kepemimpinannya, Kerajaan Singasari dapat memperluas wilayahnya ke Barat melalui Ekspedisi Pamalayu tahun 1275 Masehi. Ia juga berhasil menaklukkan Melayu, Tumasik, dan Pahang.

Selain itu, Kertanegara juga berhasil mengalahkan Kerajaan Bali pada tahun 1284 Masehi. Ia juga berhasil menaklukkan seluruh Pulau Jawa dan menjalin persekutuan dengan Kerajaan Champa.

Besarnya kekuasaan Kerajaan Singasari menarik perhatian Kaisar Mongol. Oleh sebab itu, Kaisar Mongol mengirim perwakilannya untuk meminta Kertanagara tunduk ke Mongol. 

Tentu saja, permintaan tersebut ditolak Kertanegara. Penolakan tersebut diikuti dengan pemulangan kembali perwakilan Mongol dalam keadaan cacat. Hal ini kemudian memicu terjadinya invasi Mongol ke Jawa.

Akan tetapi, sebelum pasukan Mongol tiba Kertanegara telah diserbu oleh Jayakatwang selaku Raja Kediri. Jayakatwayang merupakan keturunan Kertajaya yang menyimpan dendam terhadap Rajasa. Sehingga saat Kerajaan Singasari lengah, ia melakukan serangan untuk menegakkan kembali Kerajaan Kediri.  

D. Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin Raja Kertanegara. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai aspek, berikut:

1. Aspek politik

Perkembangan politik Kerajaan Singasari sangat cepat. Hal ini dilihat dari politik dalam negeri dengan mengganti pejabat pembantu, adanya penguatan dalam kekuasaan, pernikahan politik, dan memperkuat aspek angkatan perang.

Dalam urusan politik luar negeri terdapat Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi Pamalayu bertujuan untuk menguasai Kerajaan Melayu dan melemahkan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.

Keberhasilan lainnya yaitu Kerajaan Singasari dapat memperluas wilayah kekuasaanya hingga ke Sunda, Bali, Kalinmantan, dan Malaka.

2. Aspek ekonomi

Letak Kerajaan Singasari yang berada di lembah Sungai Brantas membuat tanah di kawasan tersebut menjadi subur. Sehingga dimanfaatkan oleh para masyarakat sebagai lahan mereka dalam mencari nafkah dengan menjadi petani.

Sungai Brantas juga menjadi lalu lintas perdagangan antar daerah dan wilayah. Oleh sebab itu, hal ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berdagang.

3. Aspek sosial

Aspek sosial saat kepemimpinan Raja Kertanegara berjalan dengan baik. Masyarakat juga hidup dengan aman, tenang, dan damai.

4. Aspek keagamaan

Penganut agama Hindu dan Budha dapat hidup berdampingan dengan damai. Antar masyarakat hidup saling menjunjung tinggi toleransi sehingga tidak terjadi perpecahan antar umat beragama.

5. Aspek budaya

Dalam aspek budaya banyak ditemukan peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari. Mulai dari prasasti, kitab, patung, hingga candi-candi. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan budaya Kerajaan Singasari sudah tergolong sangat maju.

E. Keruntuhan  Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan saat kepemimpinan Raja Kertanegara. Hal ini dikarenakan ia terlalu fokus mengembangkan wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari melalui sistem ketahanan laut, sehingga pertahanan dalam kerajaan berkurang.

Ini memudahkan akses bagi Jayakatwang yang masih memiliki garis keturunan Kerajaan Kediri untuk masuk ke Kerajaan Singasari. Jayakatwang lalu melakukan serangan yang dibantu oleh Wiraraja. 

Serangan tersebut dilakukan dengan dua arah yaitu Utara dan Selatan. Serangan di Utara justru mengecoh pasukan yang dipimpin Ardharaja dan Raden Wijaya. Sementara, serangan di Selatan berjalan dengan baik bahkan hingga menewaskan Raja Kertanegara.

Gugurnya Raja Kertanegara sekaligus mengakhiri masa kejayaan Kerajaan Singasari. Kemudian wilayah Singasari dikuasai oleh Jayakatwang dan ia membuat ibukota baru. 

F. Peninggalan Kerajaan Singasari

1. Candi Jawi

Candi Jawi berada di Pandaan-Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Candi Jawi dibangun oleh Kertanegara. Tujuan pembangunan candi ini untuk menegaskan kekuasaannya di wilayah Pasuruan yang dihuni oleh penganut Siwa-Budha. 

Candi Jawi diduga sebagai tempat pendharmaan sebagian abu jenazah Kertanegara. Sebagian lainnya berada di Candi Singosari.

2. Candi Singosari

Candi Singosari berada di Singosari, Malang, Jawa Timur. Tepatnya berada di lembaha antara Pegunungan Arjuna dan Pegunungan Tengger. Candi ini dibangun pada tahun 1300 Masehi. Tujuan pembangunan candi ini untuk memperingati Raja Kertanegara yang gugur karena serangan yang dilakukan oleh Jayakatwang pada tahun 1292 Masehi.

Selain itu, Candi Singosari juga situs yang turut dikunjungi Hayam Wuruk dalam rangka memperingati leluhurnya Wngsa Rajasa.

3. Candi Kidal

Candi Kidal berada di Malang, Jawa Timur. Candi ini dibangun tahun 1268 Masehi. Pembangunan candi ini sebagai tempat pendharmaan Anusapati yang terbunuh oleh Panji Tohjaya karena adanya perebutan kekuasaan dan pembalasan dendam.

4. Candi Jago

Candi Jagoberada di Malang, Jawa Timur. Candi ini dibangun tahun 1268 Masehi. Pembangunan candi ini atas perintah dari Kertanegara untuk memperingati ayahnya yaitu Wisnuwardhana. 

Candi Jago memiliki konsep budaya dari agama Budha Tantrayana yang dianut oleh Kertanegara. Candi ini juga turut dikunjungi oleh Hayam Wuruk dan Adityawarman.

5. Prasasti Mula Malurung 

Prasasti Mula Malurung memiliki bentuk lempengan tembaga yang diterbitkan oleh Kertanegara. Prasasti ini juga sebagai piagam untuk mengesahkan Desa Malurung dan Desa Mula.

Referensi 

  • https://www.studiobelajar.com/kerajaan-singasari/
  • https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/21/123313679/kerajaan-singasari-letak-silsilah-kehidupan-sosial-dan-peninggalan?page=all
  • https://www.gramedia.com/literasi/pendiri-kerajaan-singosari/

*Penulis: Nabila Salsa Bila

Bacaan lain: