Pengertian Distropisme, Proses dan Dampaknya

Distropisme erat kaitannya dengan tenaga pembentuk muka bumi. Di dalam bumi, terdapat beberapa lapisan tanah, yang salah satunya adalah batuan penyusun lapisan bumi. Lapisan bumi ini dapat mengalami pergerakan atau perubahan akibat tenaga yang ada di dalam bumi atau tenaga endogen.

Pengertian Distropisme, Proses dan Dampaknya

Dampak dari tenaga endogen ini salah satunya adalah distropisme. Pengertian diastropisme lebih lanjut akan kita bahas pada artikel ini. Simak ya. 

Pengertian diastropisme

Diastropisme juga disebut sebagai tektonisme. Lebih tepatnya, diastropisme adalah salah satu jenis tenaga tektonisme. Para ahli memberikan pengertian diastropisme sebagai suatu proses pembentukan relief muka bumi yang terjadi karena tenaga endogen, tetapi tanpa disertai kegiatan magma.

Diastropisme juga bisa dipahami sebagai pergerakan kerak bumi sehingga terjadi pembentukan kembali lapisan muka bumi, akibat tenaga endogen. Akibat pergeseran kerak bumi inilah, permukaan bumi dapat berubah bentuk menjadi cembung seperti pegunungan, dan gunung-gunung berapi, dan juga bisa berbentuk cekung seperti laut,  dan danau. 

Kerak bumi terdiri dari dua macam, yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kerak benua misalnya adalah kerak benua Eropa dan Asia (disebut Eurasia), kerak benua Afrika, kerak benua Amerika Utara, kerak benua Amerika Selatan. Sedangkan kerak samudera misalnya kerak samudera Hindia, kerak samudera Pasifik, kerak samudera Atlantik.  

Jenis Diastropisme dan Dampaknya

Diastropisme juga dadapat disamakan dengan proses dislokasi yang disertasi perubahan letak lapisan bumi dari kedudukannya semula. Perubahan yang terjadi bisa berdampak secara vertikal maupun horizontal, dan juga bisa secara luas maupun sempit. 

Berdasarkan kecepatan gerakan dan dampak luas wilayah yang terjadi, diastropisme dibedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenesa dan gerak orogenesa. Berikut penjelasannya:

a) Gerak Epirogenesa adalah yang berlangsung sangat pelan sampai mungkin tidak dapat dirasakan oleh manusia, dan meliputi wilayah yang sangat luas. Gerak inilah yang dapat membentuk benua. Tanda-tanda gerak epirogenesa ini bisa dilihat dari perubahan garis pantai. 

Gerak epirogenesa masih bisa dibedakan menjadi dua, yakni epirogenesa positif dan epirogenesa negatif. Dampak epirogenesa positif dilihat dari kenaikan permukaan air laut yang mengakibatkan garis pantai pindah ke daratan, akibat daratan mengalami penurunan. 

Adapun epirogenesa negatif dampaknya dapat dilihat dari kondisi permukaan air laut yang menurun, dan mengakibatkan pantai yang berteras akibat kenaikan atau pengangkatan berulang kali.

b) Gerak Orogenesa adalah gerakan yang jarjadi dalam jangka waktu relatif singkat dan di daerah lebih sempit. Gerakan inilah yang mengakibatkan terbentuknya pegunungan lipatan maupun patahan.

Lipatan dapat terjadi saat terjadinya saling tabrakan dari dua lempeng kerak Bumi yang saling berhadapan. Lapisan batuan yang ada di kerak Bumi ini pun mendapatkan tekanan hebat sehingga terbentuklah pelipatan lapisan batuan. Proses pelipatan lapisan batuan ini menjadi penanda awal dari pembentukan pegunungan lipatan. 

Terlipatnya lapisan batuan dapat mendorong terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah (sinklinal). Pada wilayah yang luas, ada kalanya kita bisa menjumpai deretan antiklinal secara berulang-ulang (antiklinorium) maupun rangkaian sinklinal (sinklinorium). 

Tekanan dengan tingkat tenaga yang berbeda terhadap lapisan batuan, juga dapat mengakibatkan terbentuknya lipatan yang berbeda pula. Contoh gerak orogenese yang berdampak pada pembentukan lipatan adalah pembentukan pegunungan lipatan Himalaya. 

Patahan terbentuk akibat tekanan dalam Bumi yang bekerja pada lapisan batuan yang tidak elastis atau keras, sehingga mengakibatkan kerak Bumi retak kemudian patah. 

Pada patahan akibat gerakan ini, terdapat patahan yang turun disebut graben (slenk). Contoh graben adalah graben Semangko yang bisa ditemukan di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra. 

Graben dapat juga terbentuk sangat dalam, dan biasa disebut sebagai ngarai. Contoh Ngarai adalah Ngarai Sianok di Sumatra Barat. 

Graben kadang juga dapat terisi air sehingga air tersebut menggenang dan menciptakan sebuah danau. Contoh danau akibat graben atau diastropisme adalah Danau Toba di Sumatra Utara dan Danau Tempe di Sulawesi Selatan. 

Di sisi lain, lapisan tanah yang terangkat disebut sebagai horst dan menghasilkan kenampakan sebuah plato (dataran tinggi). Contoh Plato adalah Plato Dieng di Jawa Tengah dan Plato Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Referensi: 

  1. Kelasips. 2020. Materi Diastropisme. Diakses dari https://kelasips.com/diastropisme-adalah/
  2. Pak guru. 2020. Pengertian Diastropisme. Diakses dari https://pendidikan.co.id/pengertian-diastropisme/
  3. Peter Haggett. 1972. Geography: A Modern Synthetic. New York: Harper & Row Publishers.
  4. Suhadi Purwantoro. 2007. Proses Pembentukan Permukaan Bumi. Yogyakarta: Pendidikan Dah Latihan Profesi Guru Universitas Negeri Yogyakarta
  5. Waluyo, dkk. 2008. Ilmu pengetahuan sosial: kelas VII/untuk SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

*Penulis: Hasna Wijayati

Bacaan lainnya:

  1. Pertumbuhan Penduduk: Pengertian, Macam, Faktor dan Rumus Pertumbuhan Penduduk
  2. Proses Pembentukan Tanah
  3. Proyeksi Peta: Pengertian dan Jenis