Latar Belakang Perang Aceh dan Dampaknya
Perang Aceh merupakan pertempuran yang terjadi di Aceh untuk melawan Belanda. Peperangan ini dilakukan untuk menegaskan kekuasaan Belanda di Nusantara, yang pada akhir abad ke-19 Aceh dan Bali merupakan wilayah yang sulit ditaklukkan Belanda.
Untuk mengetahui secara lengkap informasi mengenai Perang Aceh dapat disimak di artikel ini.
A. Latar Belakang Perang Aceh
Terjadinya Perang Aceh ketika Belanda memiliki keinginan untuk menguasai wilayah Kesultanan Aceh. Keinginan ini disebabkan karena Kesultanan Aceh menjadi bagian penting setelah dibukanya Terusan Suez.
Sebelum terjadi perang, Belanda sudah menguasai wilayah Kesultanan Deli mulai dari Langkat, Asahan, dan Serdang melalui perjanjian Siak 1858. Padahal wilayah-wilayah tersebut masuk dalam kekuasaan Kesultanan Aceh.
Sebelum Perjanjian Siak, telah ada Perjanjian London 1824 yang berisikan Belanda harus mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh atas wilayah-wilayahnya. Kemudian muncul Perjanjian Siak dan Belanda yang mulai menduduki wilayah Aceh membuat masyarakat Aceh geram. Masyarakat Aceh juga menuding bahwa Belanda telah melanggar Perjanjian London.
Kegeraman masyarakat Aceh ditandai dengan penenggelaman setiap kapal milik Belanda yang melintas di perairan Aceh. Hingga pada 1871, Belanda dan Inggris melakukan perjanjian dimana Inggris menyerahkan urusan di Aceh kepada Belanda.
Perjanjian tersebut mengakibatkan Kesultanan Aceh mengadakan kontak diplomasi dengan beberapa pihak seperti konsul Amerika Serikat, Italia, dan Turki Utsmani yang berada di Singapura. Langkah diplomasi inilah yang melatarbelakangi Belanda melakukan penyerangan ke Aceh.
B. Penyebab Terjadinya Perang Aceh
Penyebab terjadinya Perang Aceh yaitu:
- Pemerintah Belanda melakukan Perjanjian London (1824) dan Perjanjian Sumatera (1871)
- Keinginan Belanda untuk menguasai Aceh. Hal ini dikarenakan Aceh merupakan kerajaan yang besar, kuat, dan memiliki kemampuan diplomasi
- Melalui Perjanjian London (1824), Aceh menjadi daerah penyangga kekuasaan Inggris di Malaka
- Belanda memiliki hak atas kekuasaan Sumatera Timur yang didapatkan dari Sultan Siak. Pemberian ini sebagai balas budi Sultan Siak karena Belanda telah membantunya dalam perang saudara 1858
- Dibukanya Terusan Suez membuat perairan Aceh menjadi jalur pelayaran Eropa ke Asia
- Kesultanan Aceh menjalin hubungan diplomasi dengan negara lain seperti Italia, Turki, dan Amerika Serikat sehingga membuat Belanda khawatir Aceh menuntut kedaulatan darinya
- Keinginan Belanda untuk membuat Aceh tunduk padanya. Akan tetapi, Sultan Aceh menlak sehingga memicu peperangan antar keduanya.
C. Tokoh-Tokoh yang Terlibat dalam Perang Aceh
1. Panglima Polim
Nama asli dari Panglima Polim yaitu Teuku Muhammad Daud. Ia merupakan keturunan bangsawan dan menjadi panglima perang Aceh. Pengangkatan dirinya menjadi panglima perang pada 1891.
Ia dan teuku Umar melangsungkan perang gerilya melawan Belanda. Kemudian pada 1897 Panglima Polim, Teuku Umar, dan Sultan Muhammad Daud Syah berhasil berkumpul di Pidie dan merencanakan untuk melakukan serangan terhadap Belanda. Akan tetapi pada 1903, keluarganya diculik oleh Marsose yang mengakibatkan Panglima Polim menyerah.
2. Teuku Cik Di Tiro
Teuku Cik Di Tiro merupakan pemimpin pertempuran Aceh. Ia berasal dari golongan agamawan. Ia bergabung dalam peperangan pada 1881 bersama dengan banyak ulama yang mengorbankan jihad fi sabilillah melawan Belanda.
Selama kepemimpiannya dalam peperangan, ia melakukan taktik gerilya dan berhasil menguasai benteng-benteng Belanda. Ia juga berhasil membuat pasukan KNIL terkepung di pusat kota Banda Aceh. Kemudian pada 1891, ia dibunuh oleh Belanda di Benteng Aneuk Galong.
3. Teuku Umar
Teuku Umar merupakan panglima perlawanan rakyat Aceh. Selama peperangan terjadi ia menggunakan taktik penyerahan diri kepada Belanda. Taktik ini digunakannya untuk merebut logistik dan persenjataan.
Selama dua tahun mengabdi kepada Belanda, ia berhasil mengumpulkan ratusan serdadu, puluhan panglima, dan senjata yang digunakan untuk melawan Belanda pada 1884.
Pada 1893-1896, ia mengulangi taktik yang digunakannya dan berhasil. Kemudian pada 11 Februari 1899 Belnda berhasil membunuh Teuku Umar di Meulaboh.
4. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien merupakan istri dari Teuku Umar. Ia setia menemani suaminya selama perang terjadi. Ia juga banyak belajar banyak dari peperangan tersebut. Gugurnya Teuku Umar dan menyerahnya Panglima Polim membuat ia berinisiatif untuk melakukan perang gerilya dengan berpindah-pindah tempat.
Saat melakukan perang gerilya ia berada di usia yang tidak muda lagi. Hal ini membuat para panglimanya merasa iba dan memilih untuk menyerahkan diri kepada Belanda tanpa ijinnya.
Penyerahan diri tersebut tentunya membuat duka mendalam bagi Cut Nyak Dien. Ia kemudian diasingkan ke Sumedang hingga akhir umurnya.
5. H. Kohler
H. Kohler merupakan serdadu Belanda. Ia mengawalinya sebagai sersan kemudian naik pangkat menjadi Mayor Jenderal dan diberi tugas untuk menjadi pemimpin dalam penyerbuan Aceh pada 1873.
Ia menjadi jenderal pertama yang turun dalam Perang Aceh dan tewas disaat yang sama. Hal ini membuat Belanda memikirkan siasat berikutnya dalam menaklukkan Aceh. Kemudian H. Kohler digantikan oleh Jenderal Van Swieten.
6. Van Heutz
Van Heutz merupakan Gubernur Sipil dan Militer Aceh pada 1898-1904. Ia juga mengirimkan Snouck Hurgronje untuk mempelajari taktik pertempuran Aceh. Selama peperangan ia berhasil membuat Sultan dan Panglima Polim menyerah, menewaskan Teuku Umar, menekan pasukan yang dipimpin Cut Nyak Dien. Atas keberhasilannya pada 1904-1909 ia diangkat menjadi Gubernur Jenderal.
7. Christian Snouck Hurgronje
Christian Snouck Hurgronje merupakan faktor utama dalam kemenangan Belanda atas Aceh di luar pertempuran. Ia melakukan penyamaran untuk mengambil hati masyarakat Aceh. Ia kemudian diangkat menjadi penasehat Van Heutz selama kekuasaannya sebagai Gubernur Aceh.
D. Fase Perang Aceh
1. Perang Aceh I (1873-1874)
Awal Perang Aceh terjadi pada 26 Maret 1873 ketika geladak kapal komando Citadel van Antverpen secara resmi mengumumkan perang terhadap Kerajaan Aceh Darussalam. Pada saat itu, Belanda tidak langsung melakukan penyerangan. Hal ini dikarenakan Belanda masih mengumpulkan pasukan.
Situasi ini membuat Aceh melakukan mobilisasi umum untuk menghadapi perang yang sudah di depan mata. Hingga pada 6 April 1873, pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal J.H.R. Kohler berlabuh di Pantai Ceureumen, Aceh Barat.
Sementara pasukan Aceh dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah dengan membawa semangat jihad fi sabilillah melakukan gempuran ke pasukan Belanda menggunakan meriam.
Pasukan Aceh berhasil membuat Belanda kewalahan dan memutuskan untuk menghentikan serangan. Hal ini dilakukan Belanda untuk menghimpun kekuatan dan strategi baru untuk melawan pasukan Aceh.
2. Perang Aceh II (1874-1880)
Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Jan Van Swieten melakukan ekspedisi Aceh II. Pasukan ini kemudian berhasil menguasai istana Kesultanan Aceh Darussalam. Keberhasilan Belanda karena pasukan Aceh sedang meninggalkan keraton untuk bergerilya.
Pasukan Aceh yang bergerilya dipimpin oleh Tuanku Muhammad Dawood berhasil membuat pasukan Belanda kewalahan sama seperti fase pertama perang.
3. Perang Aceh III (1881-1896)
Teuku Umar, Cik Ditiro, Panglima Polim, dan Cut Nyak Dien selaku pejuang Aceh berhasil memobilisasi rakyat Aceh untuk melakukan perang gerilya melawan Belanda.
Semangat juang dan taktik gerilya yang dilakukan cukup menyulitkan Belanda. Kemudian pada 1891, Christian Snouck Hurgronje dari Belanda sebagai orang yang menguasai bahasa Arab dan Islam. Ia juga menjadi penasihat urusan adat.
Kemunculan Snouck Hurgronje sangat membantu Belanda dalam melawan Aceh. Hal ini dikarenakan ia menggunakan taktik menyerang dari dalam dan berakhir memuaskan. Terlebih lagi, saat itu Aceh sedang berduka setelah kematian Teuku Cik Ditiro.
4. Perang Aceh IV (1896-1910)
Pada masa ini, masyarakat Aceh dipimpin oleh Cut Nyak Dien yang dibantu oleh pejuang wanita yaitu Pocut Baren. Kemudian Teuku Umar kembali bergabung dengan pasukan Aceh. Akan tetapi, pada 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur di Meulaboh.
Kondisi Aceh semakin melemah seiring banyknya pemimpin yang gugur. Hal ini diperparah dengan taktik yang digunakan oleh Snouck Hurgornje juga berjalan dengan lancar. Tahun 1905, Cut Nyak Dien berhasil ditangkap. Kemudian wafat pada pada 1910.
E. Berakhirnya Perang Aceh
Perang Aceh berakhir dengan ditandainya penangkapan tokoh-tokoh pemimpin pasukan Aceh. Selain itu, taktik Snouck Hurgronje yang menyerang dari dalam dengan menyamar berhasil dijalankan oleh Belanda.
Penyamaran tersebut dilakukan untuk mengetahui tiitk lemah masyarakat Aceh. Menurutnya, Belanda harus memperlihatkan niat baiknya kepada masyarakat Aceh dengan membangun masjid, surau, jalan raya, dan sebagainya.
Van Heutz juga menerbitkan surat penyerahan diri dan pengakuan bagian dari Belanda. Kemudian surat-surat tersebut wajib disepakati oleh para tokoh pemimpin. Tujuannya supaya Aceh menaati peratiran Belanda dan tidak melakukan perjanjian dengan pihak manapun.
Pada 1910 perlawanan Aceh dinyatakan resmi berakhir. Kendati demikian, masih terdapat perlawanan-perlawanan sepihak yang dilakukan hingga adanya pendudukan Jepang pada 1942.
F. Dampak Perang Aceh
Ketika terjadi perang maka akan memiliki dampak untuk kelanjutan hidup selanjutnya. Dampak perang tidak hanya berupa korban jiwa akan tetapi juga harta dan benda. Berikut merupakan dampak dari terjadinya Perang Aceh yaitu:
- Aceh harus mengakui kedaulatan Belanda dan menyerahkan seluruh wilayah kekuasaannya
- Perang Aceh terjadi dalam waktu cukup lama sehingga membuat Belanda mengalami krisis moneter dan kekosongan kas negara
- Banyak pasukan Aceh dan Belanda yang harus gugur dalam medan pertempurann.
Referensi
- https://www.studiobelajar.com/perang-aceh/
- https://tirto.id/sejarah-perang-aceh-kapan-penyebab-proses-tokoh-akhir-gaiC
- https://regional.kompas.com/read/2022/02/08/111500378/perang-aceh--latar-belakang-periodisasi-strategi-dan-akhir-perlawanan?page=all
- https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/23/090000479/perang-aceh-penyebab-tokoh-jalannya-pertempuran-dan-akhir?page=all
*Penulis: Nabila Salsa Bila
Posting Komentar untuk "Latar Belakang Perang Aceh dan Dampaknya"
Jangan lupa tinggalkan komentar, jika konten ini bermanfaat. Terima kasih.