Sejarah Kerajaan Mataram Islam Lengkap hingga Peninggalannya

Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan Islam terbesar di Jawa. Ini dibuktikan dengan adanya kekuatan militer dan politik dalam menggempur VOC di Batavia. Selain itu, Kerajaan Mataram Islam juga menolak pengaruh VOC dalam ekonomi dan politik di kerajaan.

Kerajaan Mataram Islam dipercayai oleh masyarakat bahwa wilayahnya sebagai pusat dunia atau “Pusat Jagad”. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-17 setelah terjadinya pemberontakan di Kerajaan Pajang. Hal ini diawali dengan Raja Hadiwijaya yang akan memberikan hadiah kepada siapapun yang berhasil menumpas Arya Penangsang. Kemudian, Ki Ageng Pemanahan berhasil membunuh Arya Penangsang dan diberikan tanah di daerah Kota Gede, Yogyakarta.

Dalam artikel ini akan dijelaskan secara lengkap mengenai sejarah awal hingga peninggalan-peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

A. Sejarah Kerajaan Mataram Islam

Awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam ketika Ki Ageng Pemanhaan berhasil membunuh Arya Panangsang tahun 1549. Kemudian ia diberi hadiah oleh Raja Hadiwijaya berupa tanah di daerah Mentaok sekarang menjadi Kota Gede, Yogyakarta. Pembunuhan tersebut dilakukan Ki Ageng Pemanahan dengan bantuan dari Sunan Kalijaga.

Tanah tersebut dibuatlah desa yang makmur. Setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal, digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya (Raden Ngabehi Loring Pasar). Pada masa pemerintahannya ia melakukan pemberontakan ke Kerajaan Pajang yang saat itu dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya.

Pertempuran ini dipicu karena adik ipar Sutawijaya yaitu Tumenggung Mayang dibuang ke Semarang oleh Sultan Hadiwijaya. Akhir dari konflik ini ditandai dengan kemenangan Danang Sutawijaya karena berhasil memporakpandakan Kerajaan Pajang. Kemenangan tersebut sekaligus menjadi cikal bakal dari berdirinya Kerajaan Matarm Islam. 

B. Letak Kerajaan Mataram Islam

Panembahan Senapati mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Mataram Islam pada 1584 yang berada di Alas Mentaok. Saat ini, Alas Mentaok berada di Kota Gede, Yogyakarta. Letaknya berada di antara Kali Opak dan Kali Progo.

C. Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam

1. Danang Sutawijaya/ Panembahan Senopati

Danang Sutawijaya menjadi sultan setelah menggantikan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan yang wafat. Ia memerintah dari 1584-1601. Alasan mengapa Sutawijaya ditempatkan sebagai sultan pertama padahal ia bukan pendiri Kerajaan Mataram Islam karena saat kepemimpinan Ki Ageng Pemanahan wilayah ini masih menjadi bagian dari Kerajaan Pajang. 

Oleh sebab itu, dalam berbagai sumber sejarah dituliskan bahwa sultan pertama Kerajaan Mataram Islam adalah Danang Sutawijaya. Selama kepemimpinannya, ia berhasil menaklukkan berbagai wilayah seperti Madiun, Surabaya, dan Kediri. Selain itu, ia juga berhasil menguasasi Priangan dan menjalin hubungan persahatan dengan Cirebon. 

2. Raden Mas Jolang/ Panembahan Seda ing Krapyak

Raden Mas Jolang merupakan putra dari Danang Sutawijaya dengan selirnya. Ia memerintah dari tahun 1601-1613. Selama pemerintahannya ia menyempurnakan pembangunan kompleks Kotagede meliputi Taman Danalaya, Segaran, dan kompleks pemakaman. Ia dijuluki sebagai Panembahan Seda ing Krapyak karena wafatnya di daerah perburuan (krapyak).

3. Raden Mas Rangsang/ Sultan Agung Hanyakrakusuma

Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ia memerintah dari 1613-1645. Ia memiliki keinginan besar untuk menyatukan kembali wilayah-wilayah yang melepaskan diri dari Kerajaan Mataram Islam.

Pada 1625, ia melakukan penaklukan yang terkenal di Surabaya. Kemudian disusul dengan Pati, Giri, dan Blambangan. Selain itu, saat kepemimpinannya hubungan politik Mataram dengan VOC di Batavia memburuk sejak 1624. Hal ini diperparah dimana pada 1628 dan 1629, Mataram menggempur Batavia akan tetapi keduanya mengalami kegagalan.

Saat pemerintahannya, Kerajaan Mataram Islam dapat meningkatkan produksi dan ekspor beras melalui pelabuhan Pantai Utara Jawa. Ia juga membangun kompleks perkotaan baru di Plered, kompleks pemakaman Girilaya, dan Makam Imogiri. Ia juga mengeluarkan kalender tahun Jawa sebagai kombinasi penanggalan Islam dan Hindu.

4. Raden Mas Sayidin/ Amangkurat I

Raden Mas Sayidin merupakan anak dari Sultan Agung. Ia memerintah dari 1646-1677. Selama pemerintahannya, ia memindahkan pusat kekuasaan dari Kota Gede ke daerah Plered. 

Saat berkuasa, ia kurang mendapatkan dukungan dari rakyat dan pejabat kerajaan. Untuk itu, ia mulai mendekati VOC. Tindakannya ini membuat kalangan keraton tidak senang. Ditambah lagi Amangkurat I bersikap ekstrrem terhadap para penentang.

Puncak dari kekacauan ini ketika tahun 1670 Trunojoyo memberontak dan merebut wilayah pantai utara dan keraton Plered pada 1677. Pemberontakan ini membuat Amangkurat I melarikan di ke Cirebon, akan tetapi dalam perjalanan ia wafat. 

5. Pangeran Adipati Anom/ Amangkurat II

Amangkurat II memimpin Kerajaan Mataram Islam dari tahun 1677-1703. Pada saat ia memimpin Kesultanan Mataram dikenal dengan nama Kasunanan Kartasura. Hal ini dilatarbelakangi karena pusat kekuasaan berpindah ke Kartasura. Amangkurat II memberikan konsesi politik dan ekonomi yang besar kepada VOC. 

Akan tetapi, hubungan antar keduanya tidak baik lantaran raja tidak menepati janjinya. Pelanggaran yang dilakukan raja antara lain melindungi Surapati pada 1684 dan membeiarkan Kapten Francois Tack wafat di Keraton pada 1686.  

6. Amangkurat III

Amangkurat III memerintah dari 1703-1705. Sebelum memimpin, terjadi pemberontakan oleh Pangeran Puger yang tetapi berhasil dipadamkan oleh Amangkurat II. Kemudian selama kepemimpinannya, dukungan masyarakat terhadap Puger meningkat.

Ditambah lagi VOC tidak lagi percaya kepada garis keluarga Amangkurat karena adanya peristiwa Surapati dan Tack. Hingga pada 1704, Pangeran Puger mengangkat diri sebagai Sunan Kartasura dan memiliki gelar Pakubuwana I. Hal ini mengakibatkan Amangkurat melarikan diri dan menyerahkan Kartasura.  

7. Pakubuwana I

Pakubuwana memerintah dari 1705-1719 setelah berhasil mengalahkan Amangkurat III. Ia menjadi raja yang masih terikat dengan VOC. Kemudian ia mengeksekusi Adipati Janggrana karena menurut VOC ia membantu dalam pemberontakan Surapati. Akhir dari pemerintahannya ketika Pakubuwana wafat tahun 1719 dan digantikan oleh putranya.

8. Amangkurat IV

Amangkurat IV memerintah dari 1719-1726. Amangkurat IV merupakan anak dari Pakubuwana I dan memilih untuk menggunakan gelar Amangkurat. Ia menjadi raja setelah adanya pemberontakan oleh Pangeran Blita, Purbaya, Madiun, dan Arya Mataram di Pati. Pemberontakan tersebut akhirnay berhasil ditumpas karena adanya bantuan dari VOC. Amangkurat IV wafat pada 1726 karena diracun.

9. Pakubuwana II

Pakubuwana II memerintah dari 1726-1749. Ia merupakan anak dari Amangkurat IV. Saat kepemimpinannya terjadi peristiwa Geger Pacinan. Geger Pacinan merupakan pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Tionghoa dan Jawa untuk melawa VOC karena terjadi pembantaian orang Tionghoa di Batavia. 

Akan tetapi, pemberontakan tersebut berhasil ditumpas oleh VOC dengan bantuan Cakraningrat IV. Pemberontakan tersebut membuat Pakubuwana II kemudian dipindahkan kekuasannya ke Surakarta. Sementara itu, Mataram dikuasai oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff yang memaksa mengambil alih kekuasaan dari Pakubuwana yang sakit.

10. Pakubuwana III

Pakubuwana III memerintah dari 1749-1788. Pengangkatan Pakubuwana III dilakukan oleh van Imhoff untuk menjadi Sunan. Selama kepemimpinannya ia melakukan apapun yang diperintahkan oleh VOC. Oleh sebab itu, posisinya sebagai raja tidak memiliki arti sebagaimana mestinya.

Terjadi pula Perjanjian Giyanti pada 1755 dimana berisikan membelah kekuasaan menjadi Yogyakarta dan Surakarta. Hingga 1788 ia menjabat sebagai Sunan Surakarta. Sementara, Pangeran Mangkubumi (putra Amangkurat IV) memperoleh kekuasaan di Yogyakarta dengan gelar Hamengkubuwono I.

D. Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pencapaian kejayaan Kerajaan Mataram Islam, yaitu:

  1. Sultan Agung Hanyokrokusumo berhasil melakukan ekspansi ke sebagian Pulau Jawa dengan cara menundukkan raja-raja lainnya
  2. Kerajaan Mataram Islam memiliki cakupan wilayah yang cukup luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian wilayah di Jawa Barat
  3. Melakukan perlawanan kepada VOC dengan membawa beberapa kerajaan untuk digabungkan menjadi satu seperti kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon
  4. Sultan Agung Hanyokrokusumo membangun sistem agraris serta pasar perdagangan di Pantai Utara Jawa
  5. Membangun sistem kalender Jawa 

E. Keruntuhan Kerajaan Mataram Islam

Awal keruntuhan Kerajaan Mataram Islam dimulai ketika dipimpin oleh Pakubuwana II. Hal ini ditandai dengan adanya penandatanganan penyerahan kedaulatan Mataram kepada VOC pada 11 Desember 1749. Akan tetapi secara de facto, Mataram baru ditundukkan sepenuhnya pada 1830.

Setelah itu, terjadi Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Matram Islam menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasunanan Yogyakarta. Setelah dibagi menjadi dua wilayah, justru terjadi perppecahan. Puncaknya pada 1757 terjadi perjanjian Salatiga. Kemudian pada 1830, perpecahan tersebut berakhir setelah terjadi peristiwa Perang Diponegoro.

Akibat Perang Diponegoro membuat daerah kekuasaan Surakarta dan Yogyakarta diranpas oleh Belanda. Kemudian pada 27 September 1830 terjadi perjanjian Klaten yang menentukan wilayah kekuasaan Belanda. Hal ini berakibat secara permanen, wilayah Mataram diserahkan kepada Belanda sekaligus menandai berakhirnya Kerajaan Mataram Islam  

F. Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

1. Keraton Kotagede

Kotagede sebagai pusat kekuasaan Kerajaan Mataram Islam yang dibangun oleh Sutawijaya. Kompleks ini berdiri pada 1588. Kompleks ini mulai ditinggalkan semenjak kekuasaan Kerajaan Mataram Islam dipindahkan ke Plered oleh Amangkurat I

2. Pertapaan Kembang Lampir

Pertapaan Kembang Lampir menjadi tempat semedi Ki Ageng Pemanahan. Kemudian lokasi ini disakralkan dan dirawat oleh penerus Mataram dari bagian Kesultanan Yogyakarta

3. Kompleks Makam Kotagede, Girilaya dan Imogiri

Raja-raja dari Kerajaan Mataram Islam dimakamkan di wilayah khusus. Wilayah Kotagede dimakamkan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan, dan Panembahan Senopati.

Pemakaman Girilaya berisi Kiai Ageng Giring, Kiai Ageng Sentong, dan Sultan Cirbeon V. Sementara pemakaman Imogiri berisikan Sultan Agung dan istrinya, Amangkurat II dan III, Pakubuwana I-XII, dan Hamengkubuwono.

Referensi 

  • https://www.studiobelajar.com/kerajaan-mataram-islam/
  • https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/27/180905579/kerajaan-mataram-islam-pendiri-kehidupan-politik-dan-peninggalan?page=all
  • https://travel.kompas.com/read/2021/07/15/201700427/sejarah-kerajaan-mataram-islam-pendiri-sampai-keruntuhannya?page=all
  • https://tirto.id/sejarah-awal-kesultanan-mataram-islam-letak-dan-pendiri-kerajaan-f91g
  • https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201202102911-31-576956/sejarah-kerajaan-mataram-islam-masa-jaya-hingga-runtuh
  • https://travel.detik.com/travel-news/d-5102404/sejarah-kerajaan-mataram-letak-masa-kejayaan-hingga-peninggalan

*Penulis: Nabila Salsa Bila

Bacaan lain: