Sejarah Perlawanan Rakyat Kalimantan Masa Penjajahan

Awalnya wilayah Kalimantan tidak menjadi perhatian dari VOC, karena fokus VOC adalah untuk menguasai wilayah-wilayah yang kaya rempah-rempah seperti di Maluku. Namun, setelah berakhirnya VOC dan digantikan kependudukan Pemerintah Kolonial, wilayah Kalimantan menjadi sorotan.

Dalam artikel ini dijelaskan mengenai perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat Kalimantan terhadap Belanda dan Jepang.

A. Latar Belakang Perlawanan Rakyat Kalimantan

Kekuasaan kependudukan Pemerintah Kolonial di wilayah Kalimantan dimulai dari adanya jargon Pax Nederlandica. Jargon Pax Nederlandicabermakna bahwa kekuasaan teritorial dikedepankan untuk diambil keuntungannya. Terlebih lagi Kalimantan sebagai wilayah besar di Nusantara sehingga menjadi sorotan utama.

Kalimantan sebagai pulau yang memiliki hutan tropis besar, menghasilkan lada, beras, dan komoditas lainnya. Kalimantan juga memiliki cadangan batubara besar yang sangat dibutuhkan oleh Belanda saat adanya penyerbuan Jepang pada 1942.

Selain batubara, Kalimantan juga memiliki minyak bumi yang cukup banyak. Minyak bumi pada masa ini menjadi hal yang vital bagi akomodasi alat-alat perang Jepang. Oleh sebab itu, Belanda dan Jepang berbondong-bondong untuk menguasai Kalimantan yang lantas menimbulkan perlawanan dari rakyat Kalimantan.

B. Perlawanan Rakyat Kalimantan Terhadap Belanda

Perlawanan rakyat Kalimantan terhadap Belanda tidak hanya dilakukan di satu daerah saja melainkan juga di beberapa daerah Kalimantan lainnya seperti:

1. Perlawanan rakyat Kalimantan Selatan

Perlawanan rakyat Kalimantan Selatan terhadap Belanda terjadi pada 1859. Latar belakang terjadinya perlawanan karena Belanda ikut campur dalam pengangkatan raja di Kerajaan Banjarmasin. Hal ini tentunya ditentang oleh para rakyat dan bangsawan.

Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah untuk menjadi sultan. Padahal masyarakat menilai yang lebih berhak untuk menjadi sultan yaitu Pangeran Hidayat. Akan tetapi, dalam hal ini Pangeran Hidayat hanya jadi mangkubumi. Kemudian, terjadi perlawanan dari rakyat Kalimantan Selatan terhadap Belanda.

Perlawanan rakyat Kalimantan terhadap Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari. Ia bersama dengan pasukannya mengepung Benteng Belanda di Martapura dan Pangaron. Selain itu, juga terdapat Kyai Demang Loman yang mulai melakukan pergerakan di Riam Kiwa untuk mengancam benteng Belanda. Haji Nasrun juga melakukan serangan di pos Belanda Istana Martapura.

Pada Agustus 1859, Haji Buyasin, Kyai Lang Lang, Kyai Demang Loman melakukan serang ke benteng Belanda di Tabanio. Sementara Pangeran Hidayat melakukan perlawanan dengan taktik gerilya.

Akan tetapi pada 1862, Belanda berhasil menangkap Pangeran Hidayat dan dibuang ke Cianjur. Di lain sisi, Pangeran Antasari juga meninggal di tahun yang sama. Perlawanan kemudian dilanjutkan oleh Gusti Matsaid, Pangeran Mas Natawijaya, Tumenggung Surapati, Tumenggung Naro, Penghulu Rasyid, Gusti Matseman, dan Pangeran Perbatasari dengan taktik gerilya.

Tujuan dari dilakukannya taktik gerilya dengan menyebar ke berbagai wilayah supaya menyulitkan Belanda. Hingga kemudian pada 1905 perlawanan rakyat Kalimantan Selatan terhadap Belanda dinyatakan berakhir.

2. Perlawanan rakyat Kalimantan Barat

Perlawanan rakyat Kalimantan Barat terjadi pada 1840-an. Perlawanan ini dilatar belakangi karena Belanda berusaha untuk menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar sungai Kapuas. 

Salah satunya yaitu Kerajaan Sintang, dimana kerajaan ini hendak melakukan suksesi karena rajanya sudah berumur lanjut. Dalam hal ini, Belanda turut mencampuri urusan kerajaan dengan menganggap bahwa Pangeran Ratu lebih pantas untuk menjadi raja dibandingkan Panembahan Kusumanegara.

Alasannya karena keadaan Panembahan Kusumanegara masih terlalu muda untuk menjadi raja. Akan tetapi, usulan Belanda tersebut ditolak oleh pihak kerajaan. Kendati demikian, Belanda dapat memperbaharui perjanjian dagang 1855.

Isi perjanjian ini sangat merugikan punggawa kerajaan. Hal ini disebabkan karena berisikan penghapusan beberapa keuntungan yang diterima bangsawan untuk diberikan kepada Belanda. Akibatnya, muncul rasa ketidakpuasan di kalangan bangsawan Kerajaan Sintang. Akan tetapi, raja Kerajaan Sintang tidak merasa terganggu karena telah dikompensasi oleh Belanda.

Kemudian, Pangeran Ratu mengajak Pangeran Kuning, Pangeran Anom, dan Pangeran Muda untuk melakukan pertemuan guna membahas permasalahan ini. Dari pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan akan adanya mobilisasi pengikut untuk menghadapi Belanda.

Perlawanan diawali ada Oktober 1856 dimana Letnan Dua J.E. Sachse dibunuh oleh beberapa orang. Hal ini kemudian memantik perhatian dari Pejabat Residen Borneo Barat yaitu Letkol W.E. Kroesen untuk mendatangi Kerajaan Sintang dan bertemu dengan Pangeran Ratu.

Akan tetapi pertemuan tersebut tidak berhasil mendamaikan keadaan karena Pangeran Ratu memilih mundur dari jabatannya. Sementara itu, Panembahan Kusumanegara juga tidak dapat mengendalikan keadaan dan memilih menyinkir dari ibukota.

Pada 12 November 1856, pasukan Dayak dan Melayu yang berjumlah 2.500 orang tengah bersiap melakukan serangan di Benteng Belanda di Sintang. Benteng ini dijaga oleh 146 serdadu dan 3 meriam. Selan itu, Belanda juga menyiapkan kapal penjelajah bermeriam untuk berjaga di sekitar pelabuhan.

Perlawanan ini dipimpin oleh Pangeran Prabu dan Haji Muhammad Saleh. Perlawanan ini tidak berhasil menembus benteng karena perbedaan teknologi senjata yang digunakan.

Akhirnya pasukan Kalimantan Barat memilih mengundurkan diri di hutan-hutan. Sementara itu, bangsawan yang menentang Belanda mengubah strategi dengan menguasai jalur perdagangan ke Sintang sehingga barang-barang tidak masuk ke sana.

Strategi baru ini membuat Belanda memperkuat armada perang dan melakukan penyisiran di wilayah pertahanan lawan. Belanda juga memporakpandakan kediaman Pangeran Kuning dan Pangeran Prabu. Atas hal ini membuat Pangeran Ratu memilih untuk menyerahkan diri.

Pangeran Ratu kemudian diadili dan dibuang ke Jawa. Perlawanan ini mulai surut ketika pemimpin-pemimpin banyak yang meninggal. Kemudian Krosen memberi ultimatum untuk menghentikan perlawanan. Ade Unut, anak dari Pangeran Muda hadir untuk melakukan negoisasi. Akan tetapi, justru ia ditangkap beserta keluarganya. Penangkapan ini juga sekaligus menandai berakhirnya perlawanan rakyat Kalimantan Barat terhadap Belanda.

C. Perlawanan Rakyat Kalimantan Terhadap Jepang

Pada 19 Desember 1941, Jepang berhasil mendarat di Pontianak, Kalimantan Barat. Kemudian pada 1942, Jepang berhasil mengusir Belanda tanpa ada perlawanan yang berarti. 

Setelah itu, Jepang mulai menguasai kota-kota pedalaman seperti Putussibau, Sanggau, hingga kota besar yaitu Banjasrmasin. Keberadaan Jepang semakin membuat perekonomian Kalimantan memburuk disertai juga dengan bencana kelaparan.

Jepang mendirikan dua perusahaan yaitu Nomura (pertambangan) dan Sumitomo (perkayuan). Kedua perusahaan tersebut mempekerjakan sekitar 80.000 rakyat dengan sistem kerja paksa (romusha). Hal ini kemudian memicu perlawanan dari rakyat Kalimantan karena adanya kesengsaraan yang ditimbulkan Jepang.

Pemerintahan Jepang juga membuat kebijakan yang sewenang-wenang. Jepang memiliki sifat disiplin keras dalam pemerintahan milternya. Hal ini ditandai dengan rakyat Kalimantan Barat dipaksa untuk membungkuk guna menghormati tentang Jepang. Apabila dilanggar maka akan diberi hukuman berupa kekerasan fisik.

Pada 1943, Jepang mencurigai adanya komplotan dari golongan orang China, pejabat, dan sultan Kalimantan Selatan akan melakukan perlawanan. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, Jepang mulai melakukan penangkapan ke 1.000 orang termasuk 12 sultan pada Juli 1943. Sementara pada September 1943 sampai Januari 1944 Jepang juga melakukan penangkapan beberapa orang di Kalimantan Barat.

Pada 16 Oktober 1943, pada tokoh masyarakat Pontianak mengadakan pertemuan rahasia di Gedung Medan Sepakat. Pertemuan ini dlakukan untuk merencanakan perlawanan terhadap Jepang. Akan tetapi rencana tersebut sudah terlebih dahulu diketahui oleh Jepang. Kemudian Jepang melakukan penangkapan dan pembantaian beberapa rakyat dan tokoh masyarakat di Kalimantan Barat.

Pada 1944, masyarakat Dayak mulai melakukan serangan terhadap Jepang. Perlawanan ini berhasil membunuh beberapa orang Jepang. Akan tetapi, perlawanan ini belum membuahkan hasil yang berarti. Perlawanan ini justru menimbulkan masalah baru dimana Jepang melakkan serangan balik yang menimbulkan akibat yang sangat buruk.

Pada 1945, masyarakat Dayak di bagian hulu Sungai Kapuas bangkit untuk melawan Jepang. Pada saat itu, pasukan Jepang tengah disibukkan untuk menghadapi pendaratan para sekutu. Hal ini kemudian membuat pasukan Jepang kelabakan sendiri.

Perlawanan yang dilakukan masyarakat Dayak cukup sengit hingga membuat beberapa pasukan Jepang melarikan ke hilir. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak untuk memasuki Pontianak dengan membawa senjata tajam seperti senapan, tombak, parang, dan sumpit.

Salah satu tokoh dalam perlawanan rakyat Kalimantan terhadap Jepang yaitu Pang Suma. Pang Suma melakukan penyerangan pada pertengahan Februari 1945. Akibat banyaknya perlawanan yang dilakukan membuat Kalimantan Barat semakin terpuruk. Ditambah lagi pada 13 Mei 1945 datang mandor perusahaan kayu Jepang yaitu Osaki.

Selama berada di Kalimantan, Osaki memperlakukan rakyat dengan kejam dan menikahi beberapa gadis dayak. Apabila gadis tersebut menolak maka ia mengancam akan membunuh ayah gadis tersebut.

Hal ini kemudian membuat Pang Suma semakin murka dan memutuskan untuk memenggal Osaki. Selain itu, ia juga membakar satu perusahaan ekspedisi yang dikelola Komandan Kempeitai Kaisu Nagatani di Meliau. Selain Osaki, Pang Suma juga memenggal Niciran dan Soetsoegi.  

Perlawanan berkembang hingga ke segenap rumpun Dayak di hulu, pesisir, dan pedalaman Kapuas hingga Melawai, Barito, dan Mahakam. Hal ini membuat Jepang semakin panik dan mulai melakukan persiapan penyerangan.

Terjadi pertempuran hebat antara Pang Suma dan pasukan militer Jpeang di Meliau. Akan tetapi pertempuran ini membuat Pang Suma dan beberapa pasukannya gugur. Pasca tiga bulan kematian Pang Suma, Indonesia berhasil meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Referensi 

  • https://www.studiobelajar.com/perlawanan-rakyat-kalimantan/
  • https://news.detik.com/berita/d-5150301/perlawanan-rakyat-kalimantan-di-masa-perjuangan-lengkap
  • https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/27/080000479/perlawanan-rakyat-kalimantan-terhadap-jepang?page=all

*Penulis: Nabila Salsa Bila

Bacaan lain: