BK Kelompok: Peran Asisten dalam Kelompok

Portal-ilmu.com kali ini akan memberikan penjelasan tentang materi Bimbingan dan Konseling Kelompok. Dalam pelaksanaan BK kelompok, seorang pemimpin tentang membutuhkan asisten untuk membantunya dalam melaksanakan kegiatan kelompok. Berikut ini akan dijelaskan tentang peran asisten dalam kelompok remaja.

Ada dua poin penting yang perlu diperhatikan, yaitu beragam dukungan yang dapat dilakukan asisten dan jenis kegiatan kelompok yang berbeda dengan bentuk kegiatan kelompok yang lain.

Asisten dapat mengambil peran untuk mendukung individu dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satunya melalui kerja kelompok, yang tidak dapat disampaikan oleh guru atau orang-orang dengan pelatihan ekstensif dalam pembelajaran dan metode pengajaran.

Peran aisten ini tidak berarti mengambil tugas utama profesional, baik di sekolah maupun perguruan tinggi. Justru para profesional dituntut untuk mampu bekerja sama dengan remaja dalam kelompok secara efektif, meskipun belum mendapatkan pemahaman yang memadai.

Tugas asisten adalah menemani individu dalam pelajaran dan merencanakan  bersama dengan guru tentang bagaimana ia dapat mendukung siswa yang lain di dalam kelas. Selain itu, asisten juga bertugas untuk memberikan perhatian pada masalah perilaku sosial dan pribadi.

Dengan demikian , yang asisten berikan pada individu merupakan sesuatu yang berbeda dan bernilai bagi diri sendiri. PLD (Personal Learning and Development’s Young People) merupakan jenis kerja kelompok atau group work yang fokus pada perkembangan dan kepribadian remaja.

Kelompok  merupakan sekumpulan individu dengan kebutuhan bersama yang akan mendapatkan keuntungan dari kesempatan bekerja dan belajar dari orang lain. Tentu saja hal ini berguna untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan sikap.

Kelompok memberikan sumber daya tambahan. Sumber daya tambahan yang dimaksud yaitu dimana individu dapat berbagi perasaan, pikiran, ide dan pengalaman satu sama lain. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran diri dan bergerak ke arah perubahan yang positif, melalui interaksi.

Setiap individu pasti pernah terlibat dalam suatu kelompok di kehidupan sehari-hari, antara lain kelompok keluarga, kelompok persahabatan dan kelompok sosial lainnya. Selain itu, kita mungkin telah memainkan peran aktif dalam kelompok pendidikan (yaitu sekolah) dari usia 5 sampai 16 tahun.

Artikel terkait: 12 Asas Bimbingan dan Konseling

Terdapat tiga jenis kerja kelompok yang berlangsung dalam pendidikan yang berbeda dengan pembelajaran dan pengembangan pribadi. Pertama, pengajaran, fokus pada ‘mencatat dan ceramah'. Di mana hal ini menekankan pada transfer pengetahuan dari 'ahli' untuk junior.

Konsep siswa sebagai pelajar, yaitu mengambil bagian aktif. Terutama bagian aktif dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan cara terlibat berbagai kegiatan di kelas, tergantikan dengan fokus pengajaran melalui penetapan kurikulum, terlebih dahulu.

Kedua, Pendidikan informal, merupakan sekelompok individu yang ditetapkan sebagai 'kelompok' karena tugas umum. Tujuan pendidikan informal untuk mencapai tugas yang telah ditentukan.

Memfasilitasi pencapaian tugas bukanlah fokus satu-satunya, aspek individu dalam kelompok dan kelompok itu sendiri juga harus diperhatikan agar berhasil. Terapi kelompok, dilakukan oleh konselor, yang memiliki penekanan berbeda, yaitu untuk memperoleh pemahaman diri, menerima dukungan dan menuju perubahan, berkaitan dengan emosional dan/atau psikologis, melalui konseling.

Berbeda dengan pembelajaran dan pengembangan pribadi, yang bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan kesadaran diri dan keterampilan untuk membuat keputusan, berdasarkan kebutuhan individu dalam setting kelompok.

Konseling kelompok mirip dengan sesi kelompok PLD. Pertama, fokus pada kebutuhan remaja, konselor dan fasilitator memiliki pemahaman tentang isu yang mempengaruhi kelompok, dan dengan siapa mereka bekerja.

Kedua, perencanaan kegiatan. Artinya anggota kelompok mengetahui kapan sesi diadakan, berapa lama berlangsungnya, mengapa mereka ada dan siapa yang akan memimpin. Ketiga, kesamaan tujuan antara keduanya yaitu menuju pada hasil yang positif.

Tujuan konseling kelompok dan sesi PLD memungkinkan para peserta membuat beberapa jenis perubahan atau pengembangan dalam hidup mereka. Akhirnya, terapi kelompok dan sesi PLD berdasarkan prinsip humanistik (atau person centred) yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan maupun terapeutik.

Konselor dan fasilitator, percaya bahwa indivudu memiliki kemampuan. Kemampua untuk membuat keputusan dan merencanakan dan mengambil tindakan yang berhubungan dengan perubahan yang positif dalam hidup mereka.

Sehingga prinsip dasar PLD yaitu topik harus fokus pada kebutuhan pribadi individu dalam kelompok, memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk memposisikan diri dengan topik, dan mempertimbangkan perilaku khusus yang dibutuhkan masing-masing individu.

Demikian penjelasan tentang peran asisten dalam kelompok remaja. Dapat dijelaskan kembali bahwa asisten bukan untuk menggantikan peran profesional.

Namun, membantu profesional untuk memahami kebutuhan remaja yang terkadang lebih nyaman jika disampaikan pada teman sebaya. Profesional yang dimaksud ini bisa jadi dia seorang guru ataupun seorang konselor.

Oleh karena itu, sahabat, ketika kamu tahu ada seorang guru atau konselor atau profesional lain yang memiliki asisten itu karena untuk memfasilitasi kalian dalam menyampaikan pesan yang belum tersampaikan kepada guru atau konselor itu.

Dengan demikian, jangan berpikir kalau asisten pasti tahu banyak hal seperti guru atau konselor. Karena biasanya asisten ini juga seorang siswa yang sama- sama sedang menuntut ilmu seperti kita. Namun, dia diberikan kepercayaan lebih untuk membantu profesional.

Daftar Pustaka

Westergaard, J. 2009. Effective Group Work with Young People. New York: Open University Press.

*Penulis: Indriyana Rachmawati

Bacaan lain: