Sejarah Lengkap Kerajaan Kalingga, Kerajaan Hindu-Budha di Jawa

Kerajaan Kalingga merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Jawa. Kerajaan ini diduga muncul pada abad ke-6 Masehi. Waktunya diperkirakan hampir bersamaan ketika terpecahnya Kerajaan Tarumanegara menjadi dua bagian yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda.

Nama lain Kerajaan Kalingga yaitu Kerajaan Ho-Ling, Heling, dan Keling. Kerajaan ini merupakan pendahulu Wangsa Syailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno dan Sriwijaya. 

Berikut adalah penjabaran lengkap mengenai Kerajaan Kalingga.

A. Sejarah Munculnya Kerajaan Kalingga

Kalingga berasal dari kata “Kalinga” yang merupakan nama kerajaan di India Selatan. Kerajaan Kalingga dibangun oleh beberapa orang India yang sedang melarikan diri karena wilayahnya dihancurkan.

Adapun nama Ho-Ling berasal dari bahasa Tiongkok. Penamaan tersebut didasari karena banyaknya pendetan China yang datang kedaerah ini. Menurut sejarah, Kerajaan Kalingga memiliki hubungan antara Ratu Shima dengan Kerajaan Galuh.

Ratu Shima merupakan ratu terkenal akan sifatnya yang adil tapi di wilayah Tanah Jawa. Dikisahkan bahwa Ratu Shima pernah hampir membunuh anak kandungnya sendiri karena menyentuh sekantung emas milik Ratu Shima. Kemudian dewan menteri meminta keringanan untuk anak tersebut. Sehingga anak tersebut dijatuhi hukuman potong kaki.

Oleh sebab itu, Ratu Shima menjadi contoh panutan sebagai pemimpin yang adil. Ratu Shima juga selalu mengedepankan akal dibandingkan pikirannya. Dia juga adil terhadap siapapun yang melanggar hukum bahkan jika itu keluarganya sendiri.  

B. Letak Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga tidak diketahui secara pasti keberadaannya. Para ahli menduga letaknya berada di Jawa Tengah dan berbatasan dengan Kerajaan Galuh di sebelah barat. Sementara, pusat kekuasaannya berada di antara Pekalongan dan Jepara di pantai utara Jawa.

C. Nama-Nama Raja Kalingga

1. Prabu Washumurti (594-605)

Prabu Washumurti merupakan penguasa pertama Kerajaan Kalingga. Ia memerintah selama 11 tahun, sejaman dengan Kertawarman dari Kerajaan Tarumanegara.

2. Prabu Washugeni (605-632)

Prabu Washugeni merupakan salah satu putra dari Washumurti. Ia memerintah selama 27 tahun. Ia memiliki dua anak yaitu Wasudewa (Kirathasingha) dan Wasumurti (Ratu Shima).

3. Prabu Washudewa (632-652)

Prabu Washudewa menjadi raja menggantikan ayahnya Prabu Washugeni yang wafat.

4. Prabu Kirathasingha (632-648)

Prabu Kirathasingha merupakan putra Prabu Washugeni. Ia memerintah selama 16 tahun. Ia wafat pada 648 sehingga kekuasannya digantikan Kartikeyashingha. Kartikyasingha merupakan menantu dari Washugeni dan juga suami dari Ratu Shima.

5. Prabu Washukawi (652)

Prabu Washukawi tidak banyak diceritakan dalam sejarah. Akan tetapi, ia diketahui pernah menjabat sebagai Raja Kalingga.

6. Prabu Kartikeyasingha (684-674)

Prabu Kartikeyasingha menjadi raja didampingi oleh istrinya yaitu Ratu Shima. Ia wafat tahun 674 dan digantikan oleh istrinya.

7. Ratu Shima (674-695)

Ratu Shima sebagai pemimpin terakhir Kerajaan Kalingga. Ratu Shima terkenal akan kepemimpinan yang tegas dan adil. Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Galuh memiliki hubungan erat. Ini dibuktikan dengan beberapa keturunan raja di kedua kerajaan tersebut dinikahkan untuk memperkuat hubungan. Salah satunya yaitu dengan membentuk Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra. 

Ratu Shima wafat di tahun 695. Sebelum wafat, ia membagi Kerajaan Kalinga menjadi dua bagian yaitu di bagian utara dan selatan.

D. Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin Ratu Shima. Ini dikarenakan Ratu Shima merupakan raja yang tegas, adil, dan berwibawa. Rakyat Kerajaan Kalingga menjadi aman, nyaman, dan serba berkecukupan.

Kejayaan Kerajaan Kalingga dapat dilihat dari beberapa aspek berikut ini, yaitu:

1. Aspek Politik

Kerajaan Kalingga menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Tarumanegara khususnya Kerajaan Galuh. Hubungan tersebut terjalin melalui hubungan ikatan pernikahan yang dilakukan antara keturunan para raja. 

2. Aspek Ekonomi

Kerajaan Kalingga menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Selain itu, adanya gua yang dapat menghasilkan garam dimanfaatkan oleh masyarakatnya untuk berdagang.

Masyarakat Kerajaan Kalingga juga ahli dalam membuat minuman keras yang bersumber dari bunga kelapa. Sehingga dapat dikatakan bahwa perekonomian masyarakat makmur.

Kerajaan Kalingga memiliki hubungan perdagangan dengan China. Kerajaan ini juga mendirikan pusat perdagangan ke luar wilayah melalui pelabuhan di Pekalongan ataupun di pesisir kuno bagian utama Pulau Jawa dengan Gunung Muria. 

3. Aspek Sosial

Masyarakat Kerajaan Kalingga sudah menggunakan tikar dari bamboo. Masyarakatnya juga sudah mulai dapat membaca dan mengetahui ilmu perbintangan.

Di bidang agama, masyarakat sering berkunjung ke Gunung Muria di sebelah utara dan daerah pegunungan di sebelah selatan. Agama yang banyak dianut yaitu Hindu-Siwa.

E. Keruntuhan Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga melemah ketika Ratu Shima membagi wilayah kerajaan menjadi dua bagian untuk anak-anaknya. Kerajaan di utara disebut dengan Kerajaan Keling (Bhumi Sambhara) berpusat di Magelang (Borobudur) dipimpin oleh Iswarakesawalingga. Sementara satunya yaitu Kerajaan Medang (Bhumi Mataram) dipimpin oleh Dewi Parwati. 

Runtuhnya Kerajaan Kaling diawali ketika adanya serangan dari Kerajaan Sriwijaya pada tahun 752 Masehi. Serta terpecahnya wilayah Kerajaan Kalingga menjadi cikal bakal dari kerajaan besar di Jawa.

Kemudian pada akhirnya kedua kerajaan yang terpecah tersebut bersatu kembali. Penyatuan ini terjadi ketika Rakai Panangkaran (Kerajaan Medang) menikah dengan Satyadarmika (Kerajaan Keling) kemudian membentuk Wangsa Syailendra. 

F. Peninggalan Kerajaan Kalingga

  1. Prasasti Tuk Mas ditemukan di lereng barat Merapi, Magelang. Prasasti ini berisikan mengenai kisah agama Hindu-Siwa dan hubungannya dengan manusia.
  2. Prasasti Sojomerto ditemukan di Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini berisikan silsilah keluarga Dapunta Syailendra sebagai pencetus Kerajaan Kalingga.
  3. Candi Angin ditemukan di Kecamapatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Candi ini merupakan tempat penyembahan karena di bagian bangunan terdapat pusaran angin.
  4. Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Jepara. Candi ini sebagai pintu utama atau gapura sebelum menuju Candi Angin. Jarak keduanya sekitar 500 meter
  5. Situs Puncak Sanga Likur di Gunung Muria. Situs ini berisikan empat arca yaitu Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. Selain itu, juga terdapat enam lokasi pemujaan di jalur menuju puncak Gunung Muria
  6. Catatan Dinasti Tang
  7. Catatan I-Tsing
  8. Naskah Wai-Tai-Ta
  9. Catatan Dinasti Ming 

Referensi 

  • https://www.studiobelajar.com/kerajaan-kalingga/
  • https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210603134030-31-649938/sejarah-kerajaan-kalingga-dan-jejak-peninggalannya
  • https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/06/173100923/sejarah-dan-penyebab-runtuhnya-kerajaan-holing-atau-kalingga
  • https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/162857279/kerajaan-kalingga-raja-raja-kehidupan-politik-dan-peninggalan?page=all
  • https://tirto.id/sumber-sejarah-kerajaan-kalingga-letak-pendiri-masa-kejayaan-gaWw

*Nama: Nabila Salsa Bila

Bacaan lain: